Saturday, July 6, 2019

Lirik Man Ana

Lirik Man Ana
Lirik dan Terjemah Man Ana


﴿مَنْ أَنَا﴾
مَنْ أَنَا مَنْ أَنَا مَنْ أَنَا لَوْلَاكُمْ ۞ كَيْفَ مَا حُبُّكُمْ كَيْفَ مَا أَهْوَاكُمْ
مَنْ أَنَا مَنْ أَنَا مَنْ أَنَا لَوْلَاكُمْ ۞ كَيْفَ مَا حُبُّكُمْ كَيْفَ مَا أَهْوَاكُمْ

Sunday, February 3, 2019

Materi Akhlak Kelas 6 Madrasah Diniyah Takmiliyah


Materi Akhlak Kelas 6 Semester 2 Madrasah Diniyah Takmiliyah
BAB 6
AKHLAK MADZMUMAH
A.    Akhlak Madzmumah
Akhlak Madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang meruak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.
            Sifat yang termasuk akhlak madzmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabur, riya, dengki, bohong, menghasud, kikir, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qatiurrahim, ujub mengadu domda, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam.

Materi Fiqih Kelas 6 Madrasah Diniyah Takmiliyah


BAB I
MAKANAN DAN MINUMAN YANG HALAL DAN HARAM
A.    Makanan yang halal
Makanan yang halal menurut hukum Islam dibagi menjadi dua kelompok yaitu makanan yang ada di daratan dan makanan halal yang ada di air. Ketentuan makanan halal menurut hukum Islam adalah makanan yang baik, suci, tidak merusak badan dan tidak najis. Allah SWT berfirman:
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
Artinya:
157. dan Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk .... (QS. Al A'raaf/007: 157)

1.      Makanan halal yang hidup di darat
Makanan halal yang hidup di darat banyak sekali jumlahnya, akan tetapi tidak akan dijelaskan semuanya hanya sebagian kecil saja sebagai contoh agar kita dapat membedakan mana makanan yang halal dan mana yang haram. Adapun jenis makanan halal yang hidup di darat antara lain sebagai berikut:

Materi Akidah Kelas 6 Madrasah Diniyah Takmiliyah

Semester 1 Pelajaran Akidah Kelas 6 Madrasah Diniyah

 BAB I

PENGERTIAN IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR

 

A.    Pengertian Qadha dan Qadar

Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan, pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan Qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk.

Sedangkan arti Qadar menurut bahasa adalah kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam Qadar adalah perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya. Firman Allah:

الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُن لَّهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا

Artinya:

“yang kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi dan Dia tidak mempunyai anak dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya) dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” (QS. Al-Furqan:2)

Untuk memperjelas pengertian Qadha dan Qadar, berikut ini dikemukakan contoh: saat ini Hermawan sedang melanjutkan pendidikannya di SMP. Sebelum Hermawan lahir bahkan sejak zaman Azali Allah telah menetapkan, bahwa seorang anak bernama Hermawan akan melanjutkan pelajarannya di SMP. Ketetapan Allah di zaman Azali tersebut disebut Qadha. Kenyataan bahwa saat terjadinya disebut Qadar atau takdir. Dengan kata lain bahwa Qadar adalah perwujudan dari Qadha.

 

B.     Hubungan Qadha dan Qadar

Pada uraian tentang pengertian Qadha dan Qadar dijelaskan bahwa antara Qadha dan Qadar selalu berhubungan erat. Qadha adalah ketentuan hukum atau rencana Allah sejak zaman Azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi, hubungan antara Qadha dan Qadar ibarat rencana dan perbuatan. Perbuatan Allah berupa qodar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Allah berfirman:

وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلَّا عِندَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَّعْلُومٍ

Artinya:

“Dan tidak sesuatu pun melainkan di sisi kamilah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu” (QS. Al Hijr: 21)

 

Iman kepada Qadha dan Qadar dalam ungkapan sehari-hari lebih populer dengan sebutan iman kepada takdir. Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apapun yang terjadi di alam semesta ini, seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang subur dan yang tandus hidup dan mati rezeki dan jodoh seseorang merupakan kehendak dan ketentuan Allah SWT.

Takdir itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1.      Takdir Mubram adalah ketentuan Allah SWT, yang sudah pasti berlaku atas manusia tanpa dapat dielakan lagi meskipun dengan ikhtiar (usaha) seperti usia, kelahiran dan kematian

2.      Takdir Muallaq adalah ketentuan Allah SWT yang mungkin dapat diubah oleh manusia dengan ikhtiarnya apabila Allah SWT mengizinkan. Allah hanya menunda keputusan dan menggantikannya sesuai dengan usaha manusia itu sendiri.

 

Hukum beriman kepada takdir adalah Fardhu ‘Ain. seseorang yang mengaku Islam tetapi tidak beriman kepada takdir dapat dianggap murtad.

Ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang iman kepada takdir cukup banyak antara lain:

إِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ

Artinya: “....... Apabila Allah hendak menetapkan sesuatu maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “jadilah: lalu jadilah dia” (QS. Ali Imran: 47)

 

وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِن فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِّلسَّائِلِينَ

Artinya: “Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuninya) dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya” (QS. Fussilat: 10)

 

مَّا كَانَ عَلَى النَّبِيِّ مِنْ حَرَجٍ فِيمَا فَرَضَ اللَّهُ لَهُ ۖ سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلُ ۚ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَّقْدُورًا

Artinya:

“Tidak ada suatu keberatan pun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku,” (QS. Al-Ahzab: 38)

 

 

Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar

1.      Ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya disebut ....

a.       Qadha            

b.      Qadar

c.       Iman

2.      Hukum mengimani Qadha dan Qadar adalah .....

a.       sunnah

b.      wajib

c.       haram

3.      Takdir Allah dibagi dua yaitu .....

a.       takdir mubram dan muallaq

b.      takdir mubram dan muallaq

c.       takdir Mukarom dan Muharam

4.      Iman kepada Qadha dan Qadar termasuk rukun iman yang ke ....

a.       empat

b.      lima

c.       enam

5.      Jika seseorang meyakini adanya Qadha dan Qadar Allah, maka dia bisa disebut ....

a.       Mukmin

b.      muadzin

c.       Mukhlis

 

BAB II

FUNGSI IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR

 

A.    Fungsi Iman kepada Qadha dan Qadar dalam kehidupan sehari-hari

Islam itu ajaran yang tinggi (Mulia), bersifat universal, yang sesuai dengan fitrah, Suci, indah, sempurna dan tidak ada ajaran lain yang mampu menandinginya. Salah satu pokok ajarannya ialah keimanan pada Qadha dan Qadar. Setiap muslim dan muslimah wajib beriman bahwa ada Qadha dan Qadar Allah yang berlaku untuk seluruh makhlukNya, baik takdir yang menguntungkan dirinya atau sesuai keinginannya maupun sebaliknya. Apapun kenyataannya, kita harus yakin bahwa dibalik setiap takdir yang terjadi pasti mengandung hikmah bagi manusia.

Diantara fungsi beriman pada Qadha dan Qadar dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

1.      Mendorong Kemajuan dan Kemakmuran 

Allah berfirman bahwa segala sesuatu yang diciptakan-Nya sudah diberi ukuran, takaran, sifat dan undang-undang. Panas matahari tidak mampu membuat air mendidih tetapi sangat berguna bagi kesehatan manusia, hewan maupun tumbuhan-tumbuhan, Selain sebagai alat penerang yang mengalahkan Cahaya Bulan dan lampu. Bumi, Langit dan isinya diciptakan untuk manusia sebagai khalifah. Dengan iman kepada takdir hendaknya manusia menyelidiki dan mempelajari alam sehingga mampu memanfaatkannya. Bagaimana mungkin manusia dapat memanfaatkan alam jika tidak mengetahui sifat, ukuran, sebab akibat atau sunnatullah?

Bagaimana cara memanfaatkan sinar matahari, air terjun, racun, udara, gas, angin, bulu domba, bisa ular dan lain sebagainya? dengan yakin pada Takdir, Maka manusia dapat mempelajari suatu hukum yang pasti sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia.

 

2.      Menghindari Sifat Sombong

Dengan beriman kepada takdir, seseorang yang memperoleh sukses besar, meraih jabatan yang tinggi, menjadi penguasa atau memiliki harta berlimpah tidak akan merasa sombong melainkan semakin rendah hati, karena menyadari bahwa sukses yang diperoleh bukan semata-mata hasil usahanya sendiri kecuali sudah menjadi ketetapan Allah. Tanpa pertolongan dan ketetapan Allah seseorang tidak akan mampu memperoleh kesuksesan itu sehingga ketika mendapatkannya ia justru menjadi tawadhu atau rendah hati menyadari akan kemudahan dan keagungan Allah SWT. firman Allah SWT:

 

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ

Artinya: “dan apa saja nikmat yang ada pada kamu maka dari Allah datangnya dan bila kamu ditimpa kemudharatan maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan (QS An-Nahl: 53)

 

3.      Melatih Berhusnuzan (Baik Sangka)

Iman kepada takdir mendidik manusia untuk berbaik sangka pada ketetapan Allah karena apa yang kita inginkan belum tentu berakibat baik, demikian pula sebaliknya.

 

4.      Melatih Kesabaran

Orang beriman pada Qadha dan Qadar akan tetap tabah, sabar dan tidak mengenal putus asa pada saat mengalami kegagalan karena menyadari bahwa semua sudah ditetapkan oleh Allah.

Akan tetapi bagi orang yang tidak beriman pada takdir kegagalan mengakibatkan stress, putus asa, dan kegoncangan jiwa. Firman Allah SWT:

 

وَلَا تَيْأَسُوا مِن رَّوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

Artinya: “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah, Sesungguhnya tidak putus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir (QS. Yusuf: 87)

 

5.      Terhindar dari Sifat Ragu dan Penakut

Iman kepada Qadha dan Qadar akan menumbuhkan sifat pemberani. Semangat dan jiwa seseorang akan bangkit karena ia tidak memiliki keraguan atau gentar sedikitpun untuk maju. Orang yang beriman itu meyakini bahwa apapun yang bakal terjadi tidak akan menyimpang dari ketentuan atau takdir Allah. Sejarah Islam telah mencatat bahwa Khalid bin Walid pada setiap peperangan tampil gagah berani tanpa rasa takut sedikitpun akan tetapi Allah tidak menetapkan bahwa ia wafat di medan perang. Ia senantiasa diselamatkan nyawanya dan selalu dilindungi oleh Allah sehingga ia dapat hidup hingga usia tua. Khalid bin Walid wafat justru di atas pembaringan meskipun terdapat lebih dari 500 bekas luka dalam peperangan.

 

 

Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar

1.      Ketentuan Allah SWT yang sudah pasti berlaku atas manusia tanpa dapat dielakan lagi meskipun dengan ikhtiar usaha disebut dengan takdir ...


a.       muallaq

b.      mubram

c.       mahram


2.      Diantara fungsi beriman kepada Qadha dan Qadar adalah ...

a.       melatih kita untuk bersabar

b.      melatih kita untuk hidup kaya

c.       melatih kita untuk pintar

3.      Percaya pada Qadha dan Qadar merupakan rukun iman yang ke ....


a.       empat

b.      lima

c.       enam


4.      Dalam kehidupan sehari-hari Qadha dan Qadar sering disebut ....


a.       takdir

b.      takbir

c.       tahlil


5.      Hukum percaya pada Qadha dan Qadar adalah ....

a.       fardhu ain

b.      fardhu kifayah

c.       sunnah

BAB III

DALIL IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR

Orang Muslim beriman kepada qadha dan takdir Allah SWT hikmahNya dan kehendakNya. Dia yakin bahwa tidak ada satupun perbuatan sukarela manusia tanpa pengetahuan Allah SWT dan takdirNya, Maha bijaksana dalam semua pengaturanNya dan tindakanNya bahwa hikmahNya itu mengikuti kehendakNya. Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak Dia kehendaki mustahil terjadi dan bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah SWT.

Perhatikan firman Allah SWT berikut:

 

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

Artinya:

“sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir) (QS Al Qamar: 49)

 

وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلَّا عِندَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَّعْلُومٍ

Artinya:

“dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran (takdir) tertentu (QS Al Hijr: 21)

 

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Artinya:

“tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah (QS Al-Hadid: 22)

 

Diantara penjelasan Rasulullah SAW tentang Qadha dan Qadar adalah berikut ini:

 

“Sesungguhnya penciptaan salah seorang dari kalian dikumpulkan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nutfah (sperma), kemudian berubah menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama 40 hari kemudian berubah menjadi mudghah (sepotong daging) selama 40 hari kemudian malaikat dikirim kepadanya kemudian malaikat meniupkan ruh padanya dan Malaikat tersebut diperintahkan empat hal: menuliskan rizkinya menuliskan ajalnya, menuliskan amal perbuatannya dan menuliskan apakah ia celaka atau bahagia. Demi Dzat yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia sesungguhnya salah seorang dari kalian pasti mengerjakan amal perbuatan penghuni surga hingga ketika jaraknya dengan surga cuma satu lengan tiba-tiba kettetapan berlaku padanya kemudian ia mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka dan ia pun masuk neraka sesungguhnya salah seorang dari kalian pasti mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka hingga ketika jaraknya dengan neraka cuma satu lengan tiba-tiba ketetapan berlaku padanya kemudian ia mengerjakan amal perbuatan penghuni surga dan ia masuk surga (HR muslim)

 

Sabda Rasulullah SAW kepada Ibnu Abbas RA:

“Hai anak muda, aku ajarkan beberapa kalimat kepadamu: jagalah Allah (hukum-hukumNya) niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah niscaya Allah berpihak kepadamu. Jika Engkau meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa jika umat bersatu untuk memberi manfaat kepadamu maka mereka tidak bisa memberi manfaat kepada mu dengan sesuatu apapun kecuali sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu. Jika mereka bersatu untuk memberikan madharat kepadamu maka mereka tidak dapat memberi madharat kepadamu dengan sesuatu apapun kecuali sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu. Pena telah diangkat dan lembaran setelah kering (HR. At Tirmidzi)

Sementara itu, jika dilihat dari sisi logika sebenarnya akal pun tidak sedikitpun memustahilkan adanya Qadha Allah. takdirNya, kehendakNya, hikmahNya, keinginanNya, dan pengaturanNya. Bahkan, akan mewajibkan karena itu semua terlihat pada alam semesta ini.

Beriman kepada Allah dan kepada kemampuanNya menghendaki beriman kepada qadha, takdir, hikmah dan kehendaknya.

Jika seorang arsitektur membuat desain salah satu istana dan menentukan masa realisasinya kemudian ia membangunnya. Maka pada saat yang telah direncanakan istana tersebut dari desain berubah menjadi istana yang sesungguhnya persis seperti yang terlihat dalam desain tanpa mengalami sedikitpun pengurangan atau penambahan. Maka Bagaimana Allah SWT tidak dipercayai tidak menentukan takdir dunia hingga hari kiamat dan kemudian karena kesempurnaan kemampuannya dan ilmunya apa yang telah ditentukan Allah tersebut keluar persis seperti yang telah dia Tentukan takarannya, caranya, waktuny,a dan tempatnya, Ini disertai dengan kenyataan, bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

 

 

 

Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar

1.      (إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ)

Ayat diatas menunjukkan dalil iman kepada ....

a.       malaikat

b.      Qadha dan Qadar

c.       Kitab

2.      Setiap kejadian di muka bumi ini sebenarnya telah dicatat oleh Allah SWT di ...

a.       surga

b.      Lauhul Mahfudz

c.       neraka

3.      Dalam menerima takdir Allah, kita harus ...

a.       Ikhlas

b.      sombong

c.       menyesal

4.      Penulisan kata “takdir” dalam huruf adalah .....

a.       (تقدر)

b.      (تقدير)

c.       (تكدير)

5.      (وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَّعْلُومٍ) arti ayat tersebut adalah ....

a.       Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran (takdir) yang tertentu

b.      Kami tidak menaikkannya melainkan dengan ukuran (takdir) yang tertentu

c.       Aku tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran takdir yang tertentu

 

BAB IV

PERILAKU IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR

A.    Perilaku Orang yang Beriman kepada Qadha dan Qadar

Apapun yang terjadi di dunia dan yang menimpa pada diri manusia, pasti telah digariskan oleh Allah yang Maha Kuasa dan Yang Maha Bijaksana. Semua telah tercatat secara rapi dalam sebuah kitab sejak zaman Azali, kematian, kelahiran, Rizki, nasib, jodoh, bahagia dan celaka telah ditetapkan sesuai ketentuan ketentuan ilahiyah yang tidak pernah diketahui oleh manusia.

Dengan tidak adanya pengetahuan manusia tentang ketetapan dan ketentuan Allah itu maka manusia memiliki peluang atau kesempatan untuk berlomba-lomba menjadi hamba yang Saleh-muslih, berusaha keras untuk mencapai yang dicita-citakan tanpa berpangku tangan menunggu takdir dan berupaya memperbaiki citra diri.

Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustasi dalam kehidupannya dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah diberikan Allah SWT. Ia akan berbuat sekuat tenaga dan siap menghadapi berbagai ujian seperti batu karang yang tegar menghadapi segala gelombang kehidupan dan senantiasa sabar dalam menyongsong badai ujian yang silih berganti. Ia juga selalu bersyukur apabila kenikmatan demi kenikmatan berada dalam genggamannya.

Karena ketidaktahuan manusia akan Qadha dan Qadar dirinya dengan didasari oleh keimanan kepada Qadha dan Qadar maka dalam setiap gerak dan langkah manusia harus selalu mencari keridhaan Allah SWT yang berdasarkan kepada petunjuk Al-Quran dan As-Sunnah. Segala aktivitas harus didasari dengan niat Ibadah begitupula dalam segala bentuk ibadah yang dilakukan harus mencontoh kepada Rasulullah SAW.

Di bawah ini ada beberapa perilaku yang dapat dilakukan oleh orang yang beriman kepada Qadha dan Qadar:

1.      Yakin terhadap Qadha dan Qadar dari Allah karena pada hakikatnya Qadha dan Qadar tersebut sangat logis masuk akal apabila kita sulit memahaminya maka hal tersebut berarti bahwa kita sendiri yang belum memiliki pemahaman secara menyeluruh mengenai hal tersebut

2.      Pemahaman yang menyeluruh mengenai Qadha dan Qadar akan melahirkan pribadi yang mau bekerja keras dalam meraih sesuatu

3.      Allah tidak akan menyalahi hukumNya (sunnatullah) sehingga manusia harus yakin akan ketentuannya atas hidup dan kehidupan manusia

4.      Kita tidak boleh sombong apabila kita berhasil meraih sesuatu karena semua itu tidak semata-mata atas usaha kita sendiri

5.      Tidak boleh putus asa karena senantiasa husnudzon pada keadilan Allah

6.      Mampu menyusun strategi, khususnya dalam hal pekerjaan sehingga hasilnya efektif dan efisien

7.      Bersyukur apabila memperoleh rezeki apapun bentuknya dan senantiasa bersabar apabila mendapatkan ujian atau musibah

 

B.     Hikmah Beriman kepada Qadha dan Qadar

Setelah kita mampu memahami akan Qadha dan Qadar yang merupakan salah satu sendi keimanan umat Islam, kita dapat mengambil beberapa hikmah di antaranya sebagai berikut:

1.      Allah telah menggariskan hukumnya dalam Qadha dan Qadar. Dengan pemahaman yang benar kita mampu menjadi pribadi yang optimis dengan melakukan doa dan ikhtiar serta tawakal

2.      Dengan memahami Qadha dan Qadar kita tidak akan memiliki prasangka buruk baik kepada Allah maupun kepada makhlukNya

3.      Kita bisa menyadari bahwa Allah telah membekali manusia dengan berbagai perangkat untuk kehidupannya. Bila kita mampu menggunakannya dengan baik, tentu hasil yang optimal dapat kita raih selama hidup di dunia ini.

4.      Menyadari bahwa manusia diciptakan berbeda-beda dan tentu memiliki hikmah tersendiri diantaranya untuk saling mengenal dan bekerja sama

5.      Dengan memahami Qadha dan Qadar kita dapat menyadari bahwa segala yang diciptakan dan yang terjadi di dunia ini tidak pernah luput dari kekuasaan Allah SWT. Oleh karena itu manusia tidak pantas untuk berperilaku sombong

6.      Manusia berhak memilih untuk melakukan sesuatu dengan kesadaran itu maka konsekuensi yang akan diterima di akhirat kelak baik berupa ganjaran surga dan neraka menjadi niscaya bagi setiap manusia

7.      Keberhasilan atau Kesuksesan bukan sebuah khayalan karena bila kita mau berusaha Allah pasti telah membuka jalanNya

8.      Mampu membedakan antara jalan yang baik dan yang buruk karena masing-masing memiliki akibat atau konsekuensinya

9.      Menjadi pribadi yang tidak pernah berputus asa dan lupa diri apabila menghadapi sesuatu baik kesenangan maupun kesedihan

10.  Allah tidak pernah menjadikan sesuatu dengan sia-sia Oleh karena itu manusia tinggal mempergunakan karunia tersebut dengan sebaik-baiknya

 

 

Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar

1.      Diantara sikap orang yang beriman kepada Qadha dan Qadar adalah ....

a.       optimis

b.      tidak sabar

c.       malas

2.      Diantara hikmah beriman kepada Qadha dan Qadar adalah ....

a.       berusaha untuk mencapai cita-cita

b.      diam dan pasrah kepada takdir

c.       sabar dan tidak menerima kehendak Allah

3.      Yang berkuasa menghidupkan dan mematikan manusia adalah....

a.       Izrail

b.      Israfil

c.       Allah

4.      Dalam kehidupan sehari-hari, Qadha dan Qadar biasa kita kenal dengan....

a.       takabur

b.      takdir

c.       takbir

5.      Orang yang tidak mengimani takdir disebut ....

a.       muslim

b.      mukmin

c.       kafir

 

Materi Akidah Kelas 6 Semester 2 Madrasah Diniyah

BAB 5
Beriman kepada yang gaib
A.    Pengertian Iman kepada yang Gaib
Gaib adalah kata masdar yang digunakan untuk sesuatu yang tidak dapat di indra, baik diketahui maupun tidak. Iman kepada yang gaib berarti percaya kepada segala sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh panca indra dan tidak bisa di capai oleh akal biasa, akan tetapi ia diketahui oleh wahyu yang diterima oleh para Nabi dan Rasul.
            Iman kepada yang gaib adalah salah satu sifat dari orang-orang mukmin. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 1-3:
الم (1) ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ (2) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ (3)
Artinya:
            “1. Alif laam miin.2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.


B.     Perkara-perkara yang Gaib
Diantara perkara yang gaib yang wajib kita imani antara lain meyakini adanya alamm kubur, mahsyar, hisab, mizan, shirat, surga dan neraka. Untuk memahami hal-hal tersebut, berikut penjelasannya.

1.      Alam Kubur/ Alam Barzah
Alam Barzah adalah suatu dunia lain yang dimasuki seseorang setelah meninggal dunia untuk menunggu datangnya kebangkitan kembali pada hari kiamat. Pada alam kubur akan datang malaikat Munkar dan Nakir untuk memberikan pertanyaan seputar keimanan dan amal perbuatan kita. Jika kita beriman dan termasuk orang baik, maka di alam kubur akan mendapatkan nikmat kubur yang sangat menyenangkan daripada nikmat duniawi. Bergitupun sebaliknya, bagi orang yang tidak beriman kepada Allah SWT, siksa kubur yang pedih sudah menanti di depan mata.

2.      Alam Mahsyar
Alam Mahsyar adalah tempat pertama kali manusia dikumpulkan pada awal alam akhirat. Semua makhluk akan digiring dengan bertelanjang kaki, tidak berpakaian sehelaipun dan dalam keadaan belum dikhitan menuju padang mahsyar, yaitu suatu padang yang tidak terlihat adanya tonjolan, gundukan tanah, cekungan maupun lengkungan. Ia dataran yang membentang luas tidak ada batasnya.
Tiupan yang pertama sangkala telah menggoncangkan dan menghancurkan alam seisinya. Kematian seuruh makhluk terjadi secara bersamaan
Yang kemudian diikuti dengan tiupan kedua yang membangkitkan umat manusia dari kehancurannya. Disini tidak ada bangunan satupun untuk berlindung, tidak ada tenda untuk berteduh, tidak ada gundukan yang menghalangi pandangan mata.
Manusia pada hari itu terbagi dalam tiga kelompok sebagaimana ketika mereka hidup di dunia yaitu kafir, munafik dan mukmin.

3.      Hisab
Yaumul Hisab yaitu perhitungan amal manusia, setiap amal manusia yang telah dilakukan di alam dunia, apakah itu alam shaleh ataupun amal salah, sekecil apapun maka akan diperhitungkan dan mendapat balasan dari Allah SWT secara adil dan ini merupakan puncak penetapan keadilan ilahi. Perhatikan firman Allah SWT dalam QS. Al- Jatsiah ayat 21-22:
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَن نَّجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَّحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ ۚ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (21) وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (22)
Artinya:
“21. Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. 22. dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan”.


4.      Mizan
Yaumul Mizan yaitu hari penimbangan amal yang telah dikerjakan manusia selama hidup di dunia. Bagi mereka yang amal kebaikannya lebih berat maka dia akan menerima catatan amalnya dengan tangan kanan. Golongan ini akan mendapatkan kehidupan yang bahagia ditempatkan di dalam surga. Tetapi sebaliknya orang yang amal keburukannya lebih berat akan menerima catatan amalnya dengan tangan kirinya, golongan ini akan mendapat kehidupan yang menyedihkan di dalam neraka. Perhatikan firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Al Waaqi'ah ayat 8-9:
فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ (8) وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ (9)
Artinya:
“8. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu.9. dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu”.


5.      Shirat
Jembatan Shirat adalah sesuatu yang benar/ haq wajib diimani oleh setiap muslim. Shirat adalah jembatan yang terbentang diatas neraka jahanam yang akan dilewati oleh semua orang.
Muslimin dan pengiut para Rasul akan berhasil melewati Shirat. Shirat ini lebih tajam dari pedang, lebih halus dari rambut dan mudah menggelincirkan. Shirat adalah jalan yang gelap serta membakar. Melewai jembatan shirat termasuk ujian berat, bahkan yang paling berat pada hari kiamat, sebab di dalamnya terdapat berbagai hal yang menakutkan, mencemaskan dan mengkhawatirkan mereka. Dan mereka tidak bisa membayangkan bagaimana bentuk penyeberangan ini.
Keselamatan melewati jembatan shirat itu tergantung dari amal perbuatan mereka di dunia. Diantara mereka ada yang lewat bagaikan kejapan mata, ada juga yang lewat seperti kilat, ada yang lewat bagaikan angin, ada yang lewat bagaikan burung. Ada juga yang seperti kuda tunggangan yang kencang. Ada lari yang berlari dan berjalan. Ada juga yang lewat seperti bayi merangkak. Mereka semua berjalan sesuai dengan kadar amal perbuatan mereka sewaktu di dunia. Jika amal mereka baik maka mereka akan mudah melewati shirat. Jika buruk mereka akan dipersulit untuk melewatinya. Makanya kita harus meyakini dengan keimanan yang kuat dan memelihara amal-amal kita di dunia agar kita bisa selamat dari ujian-ujian tersebut.
Dari Abu Said Al-Khudry: “Maka ada orang-orang mukmin yang melewatinya sekejap mata, ada yang seperti kilat, ada yang seperti angin, ada yang seperti burung, ada yang bagaikan tunggangan yang baik. Orang yang selamat tanpa suatu apapun, itulah yang akan selamat ke surga. Orang yang tercakar, masih menggantungkan nasibnya dan yang terdorong akan masuk ke neraka” (HR. Bukhari, Muslim, An-Nasa’i dan Ahmad)

6.      Surga
Surga ialah suatu tempat kediaman yang berada di alam akhirat yang tempat itu diliputi oleh berbagai kenikmatan dan kebahagiaan yang belum pernah seseorang hamba Allah SWT melihat, mendengar dan menikmatinya saat hidup di dunia. Dan ketahuilah bahwa surag dipersiapkan bagi hamba-Nya yang bertakwa semasa hidup di dunia, begitu juga bagi hamba-Nya yang beriman dan senantiasa beramal shaleh. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Asy-Syu’araa ayat 90
وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ (90)
Artinya:
            “90. dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa,”

Dan Firman-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat 82:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (82)
Artinya:
            “82. dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.”


Untuk memberi nama surga, Al-Qur’an memberikan banyak nama, diantaranya:
1.      Janatul Ma’wa (taman tempat kembali)
2.      Janatu ‘Adn (taman sebagai tempat tinggal yang kekal)
3.      Darul Khulud (tempat yang kekal)
4.      Firdaus (Paradiso)
5.      Darus Salam (tempat kesejahteraan)
6.      Darul Maqomah (tempat ketenangan)
7.      Janatun Naim (taman-taman kenikmatan)
8.      Maqom Amin (kedudukan sentausa)

Dalam Al-Qur’an juga disebutkan bahwa luasnya surga itu seluas hamparan langit dan bumi (alam semesta ini) dan surga itu disediakan untuk orang yang bertaqwa. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ali Imran ayat 133:

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133)
Artinya
            “133. dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”,


7.      Neraka
Neraka dalam istilah Al-Qur’an memiliki beberapa pengertian, diantaranya:
a.       Alam akhirat tempat penyiksaan untuk orang berdosa
b.      Sial
c.       Keadaan atau tempat menyengsarakan, penyakit parah dan kemiskinan

Dalam terminologi Al-Qur’an, kata neraka di sebut naar, yang berarti api yang menyala. Secara istilah, neraka berarti tempat balasan berupa siksaan bagi orang yang berbuat dosa dan kesalahan.
Neraka adalah tempat penyiksaan dimana bentuk hukumannya yang paling sangat menyiksa digambarkan sebagai api. Nama-nama neraka yang digunakan di dalam Al-Qur’an diantaranya:
1.      Al-Naar (api)
2.      Jahannam
3.      Al-Jahim (yang membakar)
4.      Al-Sa’ir (jilatan api)
5.      Al-Saqar (api yang menghanguskan)
6.      Al-Hawiyah (jurang)
7.      Al-Huthamah (api yang meremukkan) 


Materi Akidah Kelas 6 Diniyah, Sumber Buku Akidah Kelas 6 Madrasah Diniyah Takmiliyah, Aqidah Kelas 6 Madrasah Diniyah