MATERI SKI
KELAS 6 MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH
BAB I
MENGENAL
JAZIRAH ARAB
A. Letak Jazirah Arab
Arab artinya
sahara, dikatakan Jazirah Arab karena Arab merupakan semenanjung yang
terdiri dari gurun sahara sangat luas. Jazirah Arab terletak di bagian barat Benua
Asia, yang sekarang terkenal dengan sebutan negara Saudi Arabia, dengan
ibukotanya Riyadh.
Di Jazirah
Arab terdapat dua kota terkenal yaitu Makkah dan Madinah, yang merupakan kota
pertama tumbuh dan perkembangannya agama Islam di dunia dan termasuk di Indonesia.
Daerah
Jazirah Arab merupakan semenanjung yang mempunyai luas kurang lebih 1.544.000
km2. Jazirah Arab bagian utara dibatasi oleh negara Palestina, Syam
dan Irak, sedangkan timur dengan laut Teluk Arab/ Persi, sebelah selatan dengan
laut Hindia dan sebelah barat dengan laut Merah.
Jazirah Arab
terdiri dari bagian tengah dan tepi bagian tengah terdiri dari tanah
pengunungan yang jarang terkena hujan. Penduduknya sedikit dan sebagian besar
pengembara yang selalu berpindah-pindah. Mereka mencari padang-padang rumput
untuk pengembalaan ternak-ternaknya. Bagian tengah ini terdiri dari dua bagian.
Bagian utara disebut Najeb dan bagian selatan disebut Al-Ahqaf.
Bagian Arab
terdiri dari bagian yang datar dan terdapat banyak hujan. Penduduknya
mendirikan kota-kota dan kerajaan serta mempunyai bermacam-macam kebudayaan.
B. Batas-Batas Jazirah Arab
Daerah Arab
merupakan daerah semenanjung mempunyai luas daearah kurang lebih 1.544.000 km2.
Batas-batasnya:
a. Sebelah Utara dengan Palestina, Syam dan Republik Irak,
b. Sebelah Barat dengan Laut Merah,
c. Sebelah Timur dengan Teluk Arab/ Persi,
d. Sebelah Selatan dengan Laut Hindia.
C. Kota Besar Di Arab Saudi yang ada kaitannya dengan Sejarah
Rasulullah
Di Arab
Saudi terdapat kota-kota besar dan tempat-tempat bersejarah yang erat
hubungannya dengan sejarah Rasulullah dan sejarah perkembangan agama Islam.
1. Kota Makkah
Makkah
termasuk kota suci bagi umat Islam, tempat melaksanakan ibadah Haji, termasuk
kota tertua di Jazirah Arab. Orang yang pertama kali mendiami adalah Nabi
Ibrahim, Siti Hajar namanya dan putranya Nabi Ismail, lalu datang suku Arab
lainnya yang datang dari Yaman. Di tempat kota Makkah itu terdapat tempat
bersejarah dan tempat melaksanakan ibadah Haji, antara lain:
a. Ka’bah
Ka'bah
berada di dalam Masjidil Haram, sebagai arah kiblat bagi umat manusia dalam
melaksanakan shalat, dan tempat melaksanakan thawaf. Ka'bah didirikan oleh Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail atas perintah Allah lalu Nabi Ibrahim menyeru manusia
untuk melaksanakan ibadah Haji.
Pada sisi kanan
Ka'bah terdapat Hajar Aswad (batu hitam), harum baunya dan sunah hukumnya
apabila mencium setelah melaksanakan Thawaf.
b. Sumur Zamzam
Sumur
Zamzam, terletak berdekatan dengan Ka'bah airnya tidak kering dan mempunyai
rasa tersendiri. Sumur itu tatkala Nabi Ismail dalam kehausan, sedang ibunya
mencari air dengan berlari antara Shafa dan Marwah, akhirnya muncullah air pada
bekas kaki Nabi Ismail. Sumber inilah
yang sekarang disebut sumur Zamzam.
c. Shafa dan Marwah
Shafa dan
Marwah, adalah dua bukit yang rendah, tempat Siti Hajar ibu Nabi Ismail berlari
mencari, tatkala anaknya kehausan. Bila jama'ah haji melaksanakan Sa'i, mereka
harus berlari dari bukit Shafa ke bukit Marwah.
d. Gua Hira
Gua Hira
terletak di pegunungan Nur (Jabal Nur), di luar Kota Makkah sebelah utara,
jarak kurang dari 6 km dari kota Makkah. Di tempat ini Rasulullah Saw mendapat
wahyu yang pertama dari Allah dan berjumpa dengan Malaikat Jibril.
2. Kota Madinah
Kota Madinah
Dahulu bernama Yasrib, tempat kelahiran ibunya Nabi Muhammad yang bernama
Aminah. Sewaktu Rasulullah berhijrah ke tempat tersebut, maka dinamakan
Al-Madinah Al-Munawarah dan menjadi kota suci kedua setelah kota Makkah. Di
kota ini terdapat Masjid Nabawi, di dalamnya terdapat kuburan Nabi Muhammad
Saw, Abu Bakar Siddik, dan Umar bin Khattab, sedangkan makam lainnya terdapat
di Baqi berdekatan dengan Masjid Nabawi.
3. Kota Jeddah
Kota Jeddah Terletak
di tepi laut Merah, terdapat pelabuhan laut dan pelabuhan udara terbesar di
Jazirah Arab. Di tempat ini terdapat kuburan Siti Hawa isteri Nabi Adam.
4. Padang Arafah
Padang
Arafah merupakan Padang pasir yang luas, di tempat ini merupakan tempat
pertemuan pertama antara Nabi Adam dan Siti Hawa setelah dikeluarkan dari
surga. Peristiwa ini dijadikan rukun Haji yaitu Wukuf di Arafah pada setiap
tanggal 9 Dzulhijjah.
5. Muna (Mina)
Mina
terletak 2 kilo meter (2 km) dari kota Makkah, diapit oleh dua bukit batuan
ditempat inilah Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih
anaknya Nabi Ismail beliau digoda oleh iblis, tetapi Nabi Ibrahim tidak
tergoda, maka Allah menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba yang bagus.
Peristiwa ini dijadikan peristiwa Haji, yaitu melontar tiga jumrah. Aqabah,
Wustha, dan Sughra, pada tiap tanggal 10 sampai tanggal 15 bulan Dzulhijjah,
dan disunnahkan untuk memotong hewan qurban bagi jema'ah haji dan umat Islam
pada tanggal tersebut.
BAB II
KEPERCAYAAN BANGSA ARAB
A. RAGAM KEPERCAYAAN BANGSA ARAB
Pada mulanya
bangsa Arab mengikuti ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Pergaulan mereka
dengan bangsa lain mempengaruhi kepercayaan mereka, sehingga mereka menyembah
berhala yang dibawa oleh Amr bin Luay Al Khuzai. Di antara berhala yang besar
adalah Lata yang terdapat di kota Thaif, berhala Hijah dan berhala Manah
terdapat di kota Yasrib (Madinah) serta terdapat juga berhala-berhala besar di
sekeliling Ka'bah.
Selain
menyembah berhala, ada juga yang menyembah Malaikat, Jin, Bintang, Matahari dan
lain sebagainya di antara bangsa Arab ada juga yang menganut agama Nasrani, dan
yahudi dan masih ada yang menganut Agama Nabi Ibrahim.
Sebelum
membaca artikel-artikel dalam kategori “Sirah Nabawi” yang membahas sejarah
Rasulullah SAW, ada baiknya jika kita melihat juga sejarah agama agama bangsa
Arab sebelum kerasulan beliau yang kita tahu merupakan rahmat bagi seluruh
alam.
Allah
menghendaki bahwa beliaulah yang membawa syariat-Nya yang dengannya, wajah
dunia pada saat itu berubah menjadi jauh lebih terang, beradab dan lingkungan
hidup yang jauh lebih baik. Untuk menggambarkan hal tersebut, maka hal yang
perlu digambarkan secara ringkas pertama kali adalah keadaan dunia, khususnya
bangsa Arab sebelum munculnya Islam.
Sebelum
kedatangan Islam sebagai rahmat Allah untuk alam semesta ini, Jazirah Arab
telah dihuni oleh beberapa ideologi keyakinan dan keagamaan. Agama-agama yang
sudah ada pada saat itu adalah:
1. Yahudi
Agama ini dianut orang-orang Yahudi yang berimigrasi ke Jazirah
Arab daerah Madinah, Khaibar, Fadk, Wadi Al Qura dan Taima’ menjadi pusat
penyebaran pemeluknya. Yaman juga dimasuki ajaran ini bahkan Raja Dzu Nuwas Al
Himyari juga memeluknya. Bani kinanah, Bani Al Harits Bin ka'ab dan Kindah juga
menjadi wilayah berkembangnya agama Yahudi ini.
2. Nashara
Agama ini masuk ke kabilah-kabilah Ghasasinah dan Al Munadzirah. Ada
beberapa gereja besar yang terkenal. misalnya, gereja Hindun Al Aqdam, Al Laj
dan Haaroh Maryam. Demikian juga masuk di selatan Jazirah Arab dan berdiri
gereja di Dzufaar. Lainnya ada yang di ‘Adn dan Najran. Adapun di kalangan suku
Quraisy yang menganut agama Nasrani adalah Bani Asad bin Abdil uzaa, Bani Imriil
Qais dari Tamim, Bani Taghlib dari kabilah Rabi’ah dan sebagian kabilah Qudha’ah.
3. Majusiyah
Sebagian sekte majusi masuk ke Jazirah Arab di Bani Tamim. Diantaranya,
Zararah dan Haajib bin Zararah. Demikian juga Al Aqra’ haabis dan Abu Sud (kakek
Waki’ bin Hisan) termasuk yang menganut ajaran majusi ini. Majusiyah juga masuk
ke daerah Hajar di Bahrain.
4. Syirik (paganisme)
Kebanyakan bangsa Arab menyembah patung
berhala binatang-binatang dan matahari yang oleh mereka di jadikan sebagai
sesembahan selain Allah. Penyembahan binatang-binatang juga muncul di Jazirah
Arab khususnya di Haraan, Bahrain dan di Makkah, mayoritas Bani Lahm, Khuza'ah dan
Quraisy. Sedangkan penyembahan matahari ada di negeri Yaman.
Dahulu kebanyakan bangsa Arab mengikuti agama
Nabi Ibrahim dan dakwah Nabi Ismail mereka menyembah Allah dan tidak
menyekutukannya dalam seluruh peribadatan. Setelah melewati beberapa masalah
aqidah tauhid luntur. Meski demikian mereka masih memiliki tauhid dan sebagian
besar agama Nabi Ibrahim sampai kota Makkah dikuasai Bani Khuza'ah. Bani
Khuza'ah menguasai Ka'bah selama kurang lebih 300 tahun atau 500 tahun mulai
terjadinya penyembahan terhadap berhala (paganisme) di kalangan bangsa Arab,
saat Bani Khuza'ah dipimpin Amru bin Luhai Al Khuza'i.
Kisahnya sebagaimana disampaikan Syekh
Muhammad bin Abdul Wahab An Najdi, sebagai berikut:
“Adapun kisah Amru Bin Luhai dan perubahan
agama Nabi Ibrahim, bahwa ia seorang yang berkembang dalam sifat baik dan
Dermawan, serta memiliki semangat agama yang tinggi sehingga orang-orang sangat
mencintai dan mengikutinya. Karena sifat yang baik inilah mereka mengangkatnya
sebagai pemimpin. Dia pun menjadi penguasa Mekah dan Ka'bah. Bangsa Arab
menganggapnya sebagai ulama besar dan wali”.
“Pada suatu waktu, kepergian ke negeri Syam. Di
sana, ia melihat mereka (Ahli Islam) menyembah patung berhala. Kemudian ia
menganggap hal itu baik dan menyangkanya sebagai suatu kebenaran, karena Syam
adalah tempat para rasul dan turunnya kitab suci, sehingga mereka memiliki
keutamaan dalam hal itu daripada ahli Hijaz dan yang lainnya.
“Dia pun kembali ke Mekah, sambil membawa
patung Hubal dan menempatkannya di dalam Ka'bah, serta mengajak ahli Makkah untuk
berbuat Syirik. Ajakan itu mereka terima. Sedangkan Ahli Hijaz mengikuti ahli
Makkah dalam agama, karena ahli Makkah adalah pemilik Ka’bah dan penduduk tanah
suci”.
Kemudian Amru bin Luhai mendapatkan
patung-patung kaum Nabi Nuh yang telah terpendam akibat banjir Taufan dan
membagi-bagikan patung tersebut kepada kabilah kabilah Arab. Hal ini
diceritakan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahab: “Amru bin Luhai adalah seorang
dukun yang memiliki Jin, berkatalah Jin tersebut kepadanya:
“Percepat perjalanan dan kepergianmu dari Tuhamah
dengan kebahagiaan dan keselamatan. Datangilah Jedah, nanti kamu akan menemukan
patung-patung yang telah jadi. Bawalah ke Tuhamah dan jangan hadiahkan. Serulah
bangsa Arab untuk menyembahnya, nanti mereka akan menerimanya.
Lalu ia mendatangi Jeddah dan mencari patung
patung tersebut dan membawanya ke Tuhamah. Ketika datang musim Haji, maka ia
mengajak bangsa Arab untuk menyembahnya”.
Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Aku melihat Amru bin A’mir bin Luhai
menyeret ususnya di neraka, dan ia adalah orang pertama yang mencetuskan ajaran
As-Sayaib.” Patug-patung tersebut adalah Wadd, Suwaa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.
Allah menyebutkan dalam Firman-Nya Qs. Nuh :23
Artinya: “Dan mereka berkata janganlah
sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula
sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr”.
Kemudian paganisme merambah ke seluruh bangsa
Arab hingga akhirnya, setiap rumah memiliki berhala sendiri-sendiri dari
berbagai macam benda yang mereka ciptakan sendiri-sendiri. Abu Ar-Raja’
Al-‘Atharisi menceritakan: “Kami menyembah sebuah batu. jika kami dapati batu
lain yang lebih bagus, maka kami buang yang pertama dan kami ambil yang kedua.
jika kami tidak mendapati batu, maka kami kumpulkan tanah dan kami bershadaqah
dengan susu, dan kami thawafi (kumpulan tanah tersebut).
Diantara mereka ada yang menyembah pohon atau
malaikat dan menyatakan malaikat adalah anak perempuan Allah sebagaimana
dikisahkan Al Quran surat An-Najm: 21
Artinya: “Apakah (patut) untuk kamu (anak)
laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?
Ada juga yang menyembah Jin, lalu Jinnya
masuk Islam dan penyembahnya masih menyembahnya. Ibnu Mas’ud menyatakan:
Dulu Ada sejumlah orang yang menyembah
sejumlah Jin, lalu Jin tersebut masuk Islam dan mereka (para penyembahnya)
tetap berada pada agama mereka. Lalu turunlah firman Allah QS. Al-Isra: 57
Artinya: “Orang-orang yang mereka suruh itu,
mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka Siapa di antara mereka yang
lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.
Sesungguhnya azab Rabb-mu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.
Tentang penyembahan mereka kepada malaikat
dan jin, telah Allah kisahkan dalam Firman-Nya dalam QS. Saba’ 40 - 41
Artinya: “Dan (Ingatlah) hari (yang pada
waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Allah berfirman kepada
malaikat, “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?” Malaikat-malaikat itu
menjawab “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami. bukan mereka, bahkan
mereka telah menyembah Jin kebanyakan mereka beriman kepada jin itu”.
Bangsa Arab memiliki thaghut-thaghut, berupa
rumah keramat menyamai Ka'bah. Di antaranya Al Laata dan Uzza. Mereka memperlakukannya
sebagaimana memperlakukan Ka'bah.
5. Al Hunafa’
Meskipun pada waktu hegemoni paganisme di
masyarakat Arab sedemikian kuat, tetapi masih ada beberapa orang yang dikenal
sebagai Al Hanafiyun atau Al Hunafa’. Mereka tetap berada dalam agama yang
Hanif, menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya serta menunggu datangnya kenabian.
Diantara mereka adalah Qiss bin Sa’idah Al Iyaadi, Zaid bin ‘Amru bin Nufail,
Waraqah bin Naufal, Umayyah bin Abi Shalt, Abu Qais bin Abi Anas, Khalid bin
Sinan. An Nabighah Adz Dzubyani, Zuhair bin Abi Salma, Ka’ab bin Luai bin
Ghalib, Umair bin Haidab Al Juhani, ‘Adi bin Zaid Al ‘Ibadi, penyair Zuhair bin
Abi Salma, Abdullah al Qudhaa’i, Ubaid bin Al Abrash Al Asadi, Utsman bin Al
Huwairits, Amru bin Abasah Al Sulami, Aktsam bin Shaifi bin Ravaah dan Abdu
Muthalib kakek Rasulullah SAW.
B. JENIS-JENIS PEMUJAAN BANGSA ARAB
Beberapa
bentuk pemujaan yang dianut oleh bangsa Arab sebelum datang Islam antara lain:
1. Menyembah Malaikat.
Di antara bangsa Arab ada yang menyembah dan menuhankan Malaikat.
Ada sebagian bangsa Arab yang menganggap Malaikat adalah putri-putri Tuhan.
2. Menyembah Jin,
Menyembah Jin, ruh dan hantu. Sebagian bangsa Arab yang menyembah
jin dan ruh-ruh leluhur mereka atau menganggap hantu-hantu sebagai makhluk yang
terhormat. Bahkan ada suatu tempat jin yang terkenal dengan nama "Darahim".
Mereka selalu mengorbankan binatang-binatang di tempat itu agar selamat dari
berbagai bencana.
3. Menyembah bintang-bintang.
Yang dimaksud dengan bintang-bintang adalah matahari, bulan dan
bintang-bintang karena menganggap bintang-bintang tersebut diberikan kekuasaan
penuh oleh Tuhan untuk mengatur alam ini.
4. Menyembah berhala.
Sebagian bangsa Arab menyembah berhala-berhala, atau arca-arca
yang terbuat dari batu-batu dan logam. Menurut riwayat, sebab-sebab orang Arab
menyembah berhala adalah : Amr bin Lubayyi seorang dari Khuza'ah meniru
orang-orang Balka di daerah Syam dan ia tertarik akan perbuatan itu. Maka
sewaktu kembali ke Makkah ia membawa patung Hubal dan ditempatkan di dekat
Ka'bah dan kemudian disembahnya serta ia menganjurkan agar masyarakat Arab
untuk menyembah berhala tersebut.
5. Agama Yahudi dan Nasrani (Kristen)
Agama Yahudi mulai masuk ke Jazirah Arab tahun 1491 SM. Mula-mula
di Mesir pada zaman Nabi Musa a.s. sedangkan agama Nasrani (Kristen) masuk ke
Jazirah Arab kira-kira abad ke-4 M. Agama Nasrani berkembang di Jazirah Arab
karena mendapat bantuan dari kerajaan Romawi dan Habsyi.
Pada saat menjelang kelahiran Agama Islam, tumbuh kelompok dari
kalangan Bangsa Arab yang ingin melepaskan diri dari kepercayaan yang sesat
itu. Mereka berusaha mengembalikan kepercayaan kepada agama Tauhid, dengan mengajarkan Agama Ibrahim a.s.
Tokoh-tokoh dari kelompok tersebut antara lain Waroqah bin Naufal, Umaiyah bin
Abi Ashshalt dan Qus Saidah.
Sesungguhnya penyiaran Agama Nasrani dan Yahudi merupakan pembuka
jalan bagi kelahiran pemimpin besar umat sangat ditunggu-tunggu, yaitu Nabi
Muhammad Saw.
BAB III
SIFAT-SIFAT DAN WATAK MASYARAKAT ARAB
A. Mengenal sifa-sifat dan Watak Bangsa Arab
Pada zaman
jahiliyah tidak ada pemerintahan yang tetap, mereka hidup bersuku-suku atau
kabilah, kehidupannya berpindah dari satu lembah ke lembah lainnya. Pemilihan
kepala suku (kabilah) di dasarkan atas umur yang lebih tua, harta yang
lebih banyak atau wibawa yang besar, bila telah terpilih mereka akan
mematuhinya.
Kondisi sosial
dan budaya masyarakat di negara-negara Arab dipengaruhi oleh kondisi
geografisnya. Negara-negara itu tersebar di belahan barat Benua Asia dan di
utara Benua Afrika. Negara-negara Arab di benua Asia adalah Arab Saudi, Yaman,
Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, Yordania, Suriah, Irak, Kuwait, Palestina dan
Lebanon. Sementara negara-negara Arab di benua Afrika adalah Mesir, Libya,
Tunisia, Aljazair, Maroko Sudan, Mauritania, Somalia, Jibuti dan Kombro.
Di benua
Asia kebudayaan Arab terpusat di Arab Saudi terutama di Kota Mekah dan Madinah (dua
kota suci yang memiliki Karisma tersendiri sebagai tempat berkumpul jutaan
jamaah haji). Sementara di Afrika kebudayaan terpusat di Mesir. Karena dekat
dengan Asia dan berseberangan dengan Eropa, posisi Mesir sangat strategis.
Apalagi negara itu memiliki universitas tertua di dunia yakni Universitas Al
Azhar.
Karakteristik
etnis Arab yang khas dibentuk oleh lingkungan yang keras dan terisolasi. Hal
terutama untuk negara-negara Arab di kawasan Tengah alias Jazirah Arab. Mereka
memiliki hubungan erat di dalam masyarakat dan lingkungan tempat tinggal.
Nyaris tidak ada pihak yang bisa mengubah kebudayaan asli karena “kelompok
penyerang” bakal kesulitan menembus padang pasir.
Bangsa-bangsa
yang berbahasa Arab memiliki karakter kebangsaan yang sama, baik dari naluri
keagamaan, kegamblangan imajinasi, ketegasan individualitas, dan kekerasan
sikap. Mereka terbiasa “berteman” dengan kelangkaan air, terik matahari,
kegersangan padang pasir, serta berburu dan menyerah. Mereka juga memiliki
sikap individualistik, kesukuan dan egosentrisme yang begitu kuat.
Karena alam
yang panas, maka umumnya orang Arab mudah tersinggung dan tidak mau kalah. Jika
berseteru, orang Arab lebih banyak beradu mulut daripada adu jotos.
Apabila
terjadi suatu perselisihan antar satu suku, atau dalam satu suku, maka tidak
terdapat hukum yang tetap, adat istiadatlah yang memegang peranan dalam
memutuskan perkara tersebut.
Bangsa Arab
mempunyai sifat, watak, atau adat istiadat yang baik dan yang buruk. Di antara
sifat-sifat dan adat istiadat yang baik adalah:
1. Menghormati tamu, bila seorang bertamu maka akan disambut dengan
ramah dan disuguhi makanan yang paling disukai, sehingga tamu tersebut merasa
puas.
2. Pemeberani dalam segala hal, mereka bagaikan singa di medan
pertempuran begitu juga berani dalam mengemukakan pendapat.
3. Ahli pidato dan syair, sudah menjadi lamabang dan kejayaan suatu
suku bila terdapat juru pidato dan penyair, karena mereka akan memberikan
semangat dalam pertempuran dan membalas segala serangan dari suku lain, mereka
selalu mengadakan perlombaan-perlombaan di pasar-pasar, seperti di pasar ukaz,
dan banyak lagi adat istiadat yang baik pada suku tersebut.
Adapun sifat dan watak serta adat istiadat yang buruk adalah:
1. Selalu hidup berfoya-foya
2. Suka meminum-minuman keras dan mabuk-mabukan
3. Suka berzina dan melacur
4. Suka berjudi, hasil judi itu dibelikan hewan yang akan dipotong
dan dagingnya mereka makan bersama sambil bersenang-senang sampai
mabuk-mabukan.
5. Cara makan dan minum masih kotor, seperti makan bangkai, kalau
hewannya masih hidup cukup dipukul lalu dagingnya dimakan.
6. Melakukan pencurian dan perampokan.
7. Bila melahirkan anak laki-laki di antara suku Arab ada yang
membunuhnya, karena takut akan terjadi kemiskinan dan kelaparan.
8. Bila melahirkan bayi perempuan, di antara suku Arab ada yang
menguburnya hidup-hidup, karena mereka takut akan cela dan hina.
9. Tidak mempunyai kesopanan, sudah menjadi kebiasaan dalam
mengerjakan thawaf, mengelilingi Ka'bah pada musim haji laki-laki atau
perempuan tidak berpakaian (telanjang bulat). Bila mandi di depan orang banyak
tidak menutup auratnya.
10. Pertengkaran dan perkelahian.
BAB IV
EKONOMI DAN SOSIAL MASYARAKAT ARAB
A.
Keadaan Ekonomi BangsaArab Sebelum Islam
Tanah Arab adalah tanah yang tandus.
Kehidupan perekonomian mereka terbagi menjadi tiga macam yaitu ;
a.
Perternakan, biasanya dilakukan oleh suku
Arab pedalaman yang disebut suku Badui. Mereka berpindah-pindah dari satu
lembah ke lembah yang lain, untuk mencari rumput atau makan hewan ternaknya.
Mereka bertemak unta dan biri-biri untuk diambil daging dan kulitnya.
b.
Perdagangan, dikerjakan oleh suku Arab yang
tinggal di kota-kota besar. Mereka disebut Ahlulu Hadhar jalur
perdagangan mereka antara lain ke negeri Syam, Yaman dan negeri Mesir. Nabi
Muhammad pun pemah berdagang ke negeri Syam membawa dagangan Siti Khadijah.
Pusat perdagangan di tanah Arab terletak di kota Makkah.
c.
Pertanian, dikerjakan oleh suku-suku yang
bertempat tinggal di daerah-daerah yang subur, seperti Thaif. Mereka menanam
bnah-buahan dan sayur sayuran. Bangsa Arab mempunyai kehidupan yang bebas dan
tidak mempunyai aturan hukum yang tetap sehingga diantara mereka sering terjadi
perselisihan.
B.
Keadaan Sosial Masyarakat Bangsa Arab
1.
Bentuk Kehidupan Bangsa Arab
Bangsa Arab pada garis
besamya terbagi menjadi dua bagian, yaitu penduduk yang tinggal di desa dan
penduduk yang tinggal di kota. Penduduk kota biasanya disebut suku Badui,
artinya penduduk pedalamanGolongan penduduk inilah yang tersebar jumlahnya.
Mata pencaharian mereka adalah bertemak.
Penduduk yang tinggal di
kota-kota, mata pencaharian mereka adalah sebagai pedagang di pasar-pasar
tradisional dan juga dari mereka yang berdagang ke luar negeri dengan unta atau
kuda ke negeri Syam, Mesir, dan Persia.
Kedua golongan ini,
walaupun sudah mempunyai pekerjaan dan penghasilan, masih selalu merasa
kekurangan. Oleh karena itu, masih sering terjadi persaingan dan perselisihan
di antara mereka. Kehidupan seperti ini di negeri Arab berlangsung cukup lama.
2.
Tata Sosial Bangsa Arab
Bangsa Arab sebelum
datangnya Islam tidak memiliki pemerintahan yang teratur dan tetap, pada
umumnya mereka masih buta huruf. Walaupun demikian mereka telah mempunyai
tatanan masyarakat berdasarkan kebiasaan-kebiasaan. Mereka memiliki kebiasaan
hidup bebas dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain yang dianggap
lebih baik. Kehidupan ini merupakan pengaruh dari keadaan alam alam negeri Arab
yang bergurun dan berbukit-bukit.
Bangsa Arab terkenal
dengan bangsa yang pemberani di dalam membela pendiriannya. Mereka tidak mau
mengubah tata cara hidup yang sudah menjadi kebiasaan.
Bangsa Arab pada saat
itu tidak mau dijajah dan tidak mau mengalah, sehingga sering kali terjadi
peperangan antar suku. Namun demikian, mereka memilki kebiasaan yang baik yaitu
suka menghormati dan memuliakan tamu.
3.
Adat Istiadat Bangsa Arab
Kebiasaan hidup bangsa
Arab adalah sebagai pengembara dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
lain untuk mencari daerah yang lebih subur. Mereka tidak mengenal cara hidup
lain selain mengembara. Moral dan perilaku mereka sangat rusak, sehingga mereka
dikatakan kaum jahiliyah. Kaum jahiliyah artinya kaum yang bodoh. Di samping
itu mereka banyak percaya kepada tahayul, tenung, perbintangan dan lain-lain.
Kebiasaan lain dari bangsa Arab yang lain yaitu berjudi dan minum-minuman
keras. Pekerjaan ini dilakukan secara bersama-sama. Bahkan tak jarang dari
mereka yang suka merampok, sehingga menyebabkan terjadinya perkelahian antar
suku. Cara minum dan makan mereka masih sangat kotor atau jorok seperti memakan
makanan daging dari hewan yang sudah mati atau bangkai. Ada dari suku Arab yang
mempunyai moral yang sangat buruk sehingga tega mengubur anak perempuan mereka
hidup-hidup. Mereka beranggapan bahwa anak perempuan itu tidak berguna dan
hanya akan menyusahkan orangtua. Oleh karena itu, mereka merasa terhina apabila
mempunyai anak perempuan. Diantara suku yang melakukan perbuatan keji tersebut
adalah Suku Bani Tamim dan suku Bani Asad.
Uji Kompetensi
I.
Isilah titik-titik di
bawah ini dengan jawaban yang paling tepat!
1.
Tanah Arab terkenal
dengan tanahnya yang . . .
2.
Moral dan perilaku
bangsa Arab sebelum Islam masuk sangat rusak, sehingga disebut kaum . . . .
3.
Di bawah ini adalah mata
pencaharian bangsaArab, kecuali . . .
4.
Di bawah ini beberapa
sifat bangsa Arab, kecuali ..
5.
Bertemak dilakukan oleh
bangsa Arab yang tinggal di . . .
6.
Penduduk negeri Arab
yang tinggal di desa-desa disebut . . .
7.
Suku Arab yang tinggal
di pedalaman disebut . . .
8.
Suku Arab yang tinggal
di kota-kota disebut . . .
9.
Unta dan biri-biri yang
dternak oleh suku arab pedalaman diambil . . .
10. Suku Arab yang tinggal di kota-kota bekerja sebagai . . .
II. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang paling tepat!
1.
Pusat perdagangan di
Jazirah arab terletak di kota . . .
2.
Diantara suku yang
mengubur anaknya perempuannya hidup-hidup adalah ..... dan . …
3.
Berternak adalah
pekerjaan bangsa Arab . . .
4.
Antara suku di Arab sering terjadi kerusuhan
dan peperangan, hal ini disebabkan oleh . . . .
5.
Salah satu tempat subur, bangsa Arab hidup
sebagai . ..
6.
Tiga mata pencaharian bangsaArab adalah . .
7.
Di tempat-tempat yang subur di Jazirah Arab
yaitu . . ..
8.
Kehidupan bangsa Arab selalu berpindah-pindah
dan mengembara, oleh sebab itu mereka mempunyai sifat ...
9.
Penduduk Jazirah Arab yang berdagang ke luar
negeri menggunakan kendaraan.…Atau.....
10.
Selain ke negeri Syam dan Mesir, pedagang
Arab juga berdagang ke negeri..
III.
Jawablah pertanyaan ini dengan singakat!
1.
Apakah yang menyababkan orang arab suka hidup
berpindahpindah?
2.
Jelaskan, megapa ada diantara suku arab yang
tega mengubur hidup-hidup anak perempuannya sendiri?
3.
Sebutkan pembagian golongan bangsaArab ?
4.
Sebutkan kebiasaan-kebiasaan baik bangsa Arab
?
5.
Sebutkan adat istiadat bangsa Arab ?
BAB V
PETA MASUKNYA ISLAM KE
INDONESIA
A.
Masuknya Islam
Kekepulauan Indonesia
Dalam perjalanan yang
memakan waktu empat tahun ini, para utusan ternyata sempat singgah di Kepulauan
Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah
mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama
penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim
terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan
hijau ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi
mulai memeluk islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling
barat dari Kepulauan Nusantara adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah
kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai, Berita dari Marcopolo
menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M.
Telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu
Battutah, pengembara Muslim dari Maghribi, yaitu ketika singgah di Aceh tahun
746 H . 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i.
Adapun peninggalan
tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa
Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam
seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka
tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada zaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan
makam-makam ini bukan dari penduduk asli melainkan makam para pedagang Arab
sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi
Nusantara secara besar-besaran.
Baru ada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi
memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk
Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad Tersebut disebabkan
saat itu kaum Muslimin sudah memiliki “kekuatan politik yang berarti. Yaitu
ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan
Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate.
Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah
campuran, keturunan raja-raja pribumi pra lslam dan para pendatang Arab.
Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh
surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara
seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of
Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti
halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan
damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk
ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan
lil'alamin.
Berkembangnya Islam ke Indonesia berjalan
dengan pesat yang dibawa oleh pedagang Arab, Persia dan India yang telah
beragama Islam. Masuknya melalui teluk Persia dan Syiria, terus ke Peureulak
dan Samudera Pasai di Aceh bagian Utara selanjutnya ke daerah-daerah lain di
Sumatera.
B. Nama
Kota/Daerah yang mula-mula dimasuki Islam
Agama Islam mulai masuk ke Indonesia pada
abad ke 1 hijriyah atau abad ke 7 Masehi. Kota yang mula-mula dimasuki Islam
ialah Peureulak dan Pasai di Jaerah Aceh bagian Utara. Peureulak dan Pasai ini
kota pelabuhan yang banyak disinggahi kapal-kapal dan perahu dari dalam dan
luar negeri. Dari sanalah agama Islam ke daerah-daerah lain di Sumatera,
terutama di pesisir bagian timur. Dan dari sana pula agama Islam tersebar ke
daerah-daerah pulau Jawa, kemudian berkembang ke daerah-daerah lain di
Indonesia.
C . Daerah
yang pertama kali di masuki Islam
Islam tersebar melalui dua jalur hingga sampai
ke Peureulak dan Pasai, kemudian tersebar ke daerah-daerah lain dari Samudera
Pasai Islam menyebar ke daerah-daerah lainnya yaitu :
a.
Minangkabau (Sumatera Barat)
b.
Pesisir Utara Pulau Jawa
c.
Sumatera Selatan
d.
Kalimantan Selatan
e.
Kalimantan Barat
f.
Maluku Utara
g.
Sulawesi Selatan
h.
Irian Jaya
Kota/daerah yang mula-mula dimasuki Islam di
Indonesia adalah Peureulak dan Pasai. Dari daerah Peureulak dan Pasai menyebar
ke Pulau/daerah lainnya, yaitu ;
a.
Pariaman di Minangkabau (Sumatera Barat)
b.
Gresik dan Tuban di jawa Timur
c.
Demak di Jawa Tengah
d.
Banten di Jawa Barat
e.
Palembang di Sumatera Selatan
f.
Banjar di Kalimantan Salatan
g.
Sukadana di Kalimantan Barat
h.
Makasar di Sulawesi Selatan
i.
Ternate, Tidore, Bacan dan Jaelolo di Maluku
Utara
j.
Sorong dan Irian Iaya
D. Pembawa Agama Islam ke Indonesia
Islam pertama kali masuk ke Indonesia di bawa
oleh Mubalig-Mubalig yang juga pedagang yang datang dari Negeri Arab, kemudian
dilanjutkan oleh Mubalig-mubalig negeri lain seperti Gujarat dan India.
Kemudian penyiaran Islam itu dilakukan oleh mubalig-mubalig Indonesia sendiri
dari Peureulak, Samudera Pasai dan lain-lain.
E. Cara
Masuknya Islam Ke Indonesia
Agama Islam yang datang ke Indonesia diterima
dengan baik oleh penduduk negeri penyiaran Islam dilakukan secara damai, ramah
tamah dan penuh kebijaksanaan lagi pula penduduk negeri sangat menyukai budi
pekerti para mubaligh yang membawa agama tersebut. Di samping itu ada hal
menarik lagi bahwa ajaran Islam sederhana, mudah dan sesuai dengan perasaan dan
pemikiran manusia juga Islam mengajarkan persamaan hak dan tidak membedakan
kasta-kasta.
Pada abad 7 M Islam sudah sampai ke
Nusantara. Para da'i yang datang ke Indonesia berasal dari Jazirah Arab yang
sudah beradaptasi dengan bangsa Gujarat dan bangsa Cina melalui jalur sutera
(jalur perdagangan) dakwah mulai merambah ke pesisir-pesisir nusantara. Islam
pertama-tama disebarkan di nusantara, dari komunitas-komunitas muslim yang
berada di daerah-daerah pesisir berkembang menjadi kota-kota pelabuhan,
perdagangan serta terus berkembang sampai akhirnya menjadi kerajaan-kerajaan
Islam dari mulai Aceh sampai Ternate dan Tidore yang merupakan pusat kerajaan
Indonesia bagian timur yang wilayahnya sampai ke Papua.
Di abad 13 M berdirilah
kerajaan-kerajaan Islam di berbagai penjuru nusantara. Di abad yang sama ada
fenomena yang disebut dengan Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan
Islam di Indonesia. Wali Songo berdakwah atau melakukan proses, Islamisasi
melalui saluran-saluran :
1.
Perdagangan
2.
Pernikahan
3.
Pendidikan
Pendidikan Pesantren merupakan lembaga
pendidikan yang asli dari akar budaya Indonesia, dan juga adopsi serta adaptasi
khasanah kebudayaan pra Islam yang tidak keluar dari nilai-nilai Islam yang
dapat dimanfaatkan dalam penyebaran Islam. Ini membuktikan Islam sangat
menghargai budaya setempat selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam.
4.
Seni & Budaya
Saat itu
media tontonan yang sangat terkenal di masyarakat Jawa pada khususnya yaitu
wayang. Wali Songo menggunakan wayang sebagai media dakwah sebelumnya mewarnai
wayang tersebut dengan nilai-nilai Islam. Yang menjadi ciri pengaruh Islam
dalam pewayangan diajarkan egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia
dihadapan Allah SWT dengan dimasukannya tokoh-tokoh punakawan seperti Semar,
Gareng, Petruk & Bagong. Para wali juga mengubah lagu-lagu tradisional
(daerah) dalam langgam Islami, ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini
sejak jaman para wali. Dalam upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai
Islam.
5.
Tasawuf
Kenyataan
sejarah bahwa ada tarikat-tarikat di Indonesia yang menjadi jaringan penyebaran
agama Islam.
F. Keadaan Masyarakat
Sebelum Masuknya Islam
1 . Tata Masyarakat
Indonesia
Sebelum Islam masuk ke
Indonesia penduduk Indonesia telah hidup bermasyarakat. Mereka tinggal di
desa-desa dan perkampungan, banyak juga dari mereka yang tinggal di kota-kota
atau di daerah tepi pantai.Penghidupan mereka dari bertani, berdagang dan
nelayan.
Mereka hidup
berkelompok-kelompok dan membuat rumahrumah untuk tempat tinggal. Mereka hidup
bergotong royong dan saling membantu untuk menjaga keutuhan kelompok mereka
saling memilih pimpinannya. Pimpinan yang diangkat dan dari sanalah asal mula
terbentuknya kerajaan-kerajaan. Pemimpin itu mengangkat dirinya sebagai raja
dan diwariskannya secara turun temurun.
2. Bentuk Kepercayaan
Bangsa Indonesia Sebelum Datangnya Islam
Adalah agama-agama
tradisional yang telah ada sebelum agama Islam, Kristen Katolik, Kristen
Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu masuk ke Nusantara (Indonesia). Mungkin
banyak di kalangan masyarakat Indonesia sudah tidak lagi mengetahui bahwa
sebelum agama-agama "resmi" (agama yang diakui); Islam, Kristen
Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Buddha, kemudian kini Konghucu, masuk ke
Nusantara atau Indonesia, df setiap daerah telah ada agama-agama atau
kepercayaan asli, seperti Sunda Wiwitan yang dipeluk oleh masyarakat Sunda di
Kanekes, Lebak, Banten; Sunda Wiwitan aliran Madrais, juga dikenal sebagai
agama Cigugur (dan ada beberapa penamaan lain) di Cigugur, Kuningan, Jawa
Barat; agama Buhun di Jawa Barat; Kejawen di Jawa Tengah dan Jawa Timur; agama
Parmalim, agama asli Batak; agama Kaharingan di Kalimantan;
Kepercayaan Tonaas
Walian di Minahasa, Sulawesi Utara; Ihlotmng di Sulawesi Selatan; Wetu Telu di
Lombok; Naurus di Pulau Seram di Propinsi Maluku, dan lain-lain. Di dalam
Negara Republik Indonesia, agama-agama asli Nusantara tersebut didegradasi
sebagai ajaran animisme, penyembah berhala / batu atau hanya sebagai aliran
kepercayaan. Hingga kini, tak satu pun agama-agama dan kepercayaan asli
Nusantara yang diakui di Republik Indonesia sebagai agama dengan hak-hak untuk
dicantumkan di KTP, Akta Kelahiran, pencatatan perkawinan di Kantor Catatan
Sipil dan sebagainya. Seiring dengan berjalannya waktu dan zaman, Agama Asli
Nusantara semakin punah dan menghilang. kalaupun ada yang menganutnya, biasanya
berada didaerah pedalaman seperti contohnya pedalaman Sumatera dan pedalaman
Irian Jaya.
Di Indonesia, aliran
kepercayaan yang paling banyak penganutnya adalah Agama Buhun. Data yang
terekam oleh peneliti Abdul Rozak Penulis Teologi Kebatinan Sunda, menunjukkan
jumlah pemeluk agama ini 100 ribu orang. Jika angka ini benar, Agama Buhun
jelas salah satu aliran kepercayaan terbesar di Indonesia, yaitu 25 persen dari
seluruh penghayat aliran kepercayaan. Data Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
tahun 2003 mengungkapkan, dari 245 aliran kepercayaan yang terdaftar, sementara
keseluruhan penghayat mencapai 400 ribu jiwa lebih. Agama Bali (lebih sering
disebut sebagai Hindu Bali atau Hindu Dharma) Sunda Wiwitan (Kanekes, Banten)
Agama Djawa Sunda (Kuningan, Jawa Barat) Buhun (Jawa Barat) Kejawen (Jawa
Tengah dan Jawa Timur) Parmalim (Sumatera Utara) Kaharingan (Kalimantan) Tonaas
Walian (Minahasa, Sulawesi Utara) Tolottang (Sulawesi Selatan) Wetu Telu (Lombok)
Naurus (pulau Seram Maluku), aliran Mulajadi Nabolon, Marapu (Sumba)
Purwoduksino, Budi Luhur, Pahkampetan, Bolim, Basoradan lain-lain.
G. Peta Perkembangan
Islam di Indonesia
1. Di Pulai Sumatra
Raja-raja di Peureulak dan Samudera Pasai giat pula membantu
penyiaran agama Islam ke Minangkabau. Pada abad ke-14 Masehi agam Islam telah
masuk ke daerah itu, setelah Minangkabau melepaskan diri dari kekuasaan
Majapahit pada abad ke 14 berdiri sendiri menjadi Kerajaan Minangkabau,
kemudian agam Islam semakin berkembang di daerah tersebut. Pedagang-pedagang
Islam dari Malaka masuk ke daerah Palembang dan mendakwahkan agama Islam. Raden
Rahmat adalah penyebar Islam di Palembang yang sangat berjasa Raja Palembang
yang bergelar sultan ialah Sultan Abdurrahman.
Agma islam masuk ke daerah Lampung ialah Raja Minyak
Kemala Bumi yang mempelajari Islam di Banten kemudian ke Makkah untuk
memperdalam pengetahuan agamanya. Sekembalinya ke Lampung, raja tersebut giat
menyebarkan dan mengajarkan agama Islam di daerahnya.
2. Di Pulau Kalimantan
Pada pertengahan ke 16 Masehi agama Islam masuk
Kalimantan Selatan dibawa oleh penyebar-penyebar Islam dari Pulau Jawa yaitu
Demak. Kerajaan di Kalimantan yang pada mulanya bernama Negara Dipa dirubah
namanya menjadi kerajaan Banjarmasin dan rajanya yang pertama kali masuk Islam
bergelar Suriansyah.
Dari Banjarmasin yang
menjadi ibukota kerajaan, agama Islam berkembang ke kota Waringin dan
daerah-daerah sekitarnya. Penyebar-penyebar agama Islam dari Malaka pun
melakukan kegiatan dakwah ke Kalimantan Baratlslam masuk ke daerah Sambas
melalui Malaka.
3. Di Pulau Sulawesi
Makasar (sekarang
bernama Ujung Pandang) adalah pusat kerajaan Gowa Tallo. Letaknya baik dan
menjadi kota pusat perdagangan di indonesia bagian Timur. Pedagang-pedangan
dari Jawa, Sumatera, Maluku dan dan dari luar Negeri datang ke pelabuhan
tersebut. Suku Bugis yang mendiami kota, itupun terkenal sebagai pelayar ulung.
Mereka mengarungi lautan luas dengan perahu-perahu buatannya sendiri.
Mereka berlayar ke pulau
Jawa, Kalimantan,Sumatera, Maluku dan Madagaskardi Luar Negeri. Pada permulaan
abad ke 17 Masehi agama Islam masuk ke daerah Makasar dibawa oleh pedagang dan
Mubaligh dari Sumatera yang terkenal dengan nama Dato Ri Bandang.
Raja kerajaan Gowa Tallo
bemama Daeng Manrabbia masuk Islam pada tahun 1604 M dan bergelar Sultan
Alaudin Awalulu Islam. Menteri-menteri (pembantunya) pun ikut masuk Islam,
antara lain ialah Mangkubumi Karaeng Mataoya dengan gelar Sultan Abdullah .
Dari Makasar agama Islam
berkembang ke pedalaman Sulawesi Selatan, yang selanjutnya ke Buton. Dari
Makasar pula agama Islam dibawa ke daerah Bima
Dan Sumbawa di Nusa
Tenggara. Penyebaran agama Islam semakin pesat pada masa pemerintahan Sultan
Hasanuddin yang bertahta tahun 1655 M sampai tahun 1670 M.
Kerajaan-kerajaan di
Sulawesi Selatan diantaranya ialah, kerajaan Bone, Soppeng, Luwu, dan Bantaeng
yang menerima penyebaran agama Islam dengan baik.
4. Dipulau Nusa
Tenggara
Pada abad ke 17 Masehi,
daerah Sumbawa dan Bima di Nusa Tenggara termasuk daerah kekuasaan kerajaan
Gowa Tallo. Penyebar-penyebar agama dari kerajaan tersebut mendakwahkan agama
Islam kepada penduduk dan diterima dengan baik oleh mereka.
Penyebar-penyebar agama
Islam yang juga berusaha sebagai pedagang membawa pula agama Islam ke daerah
pulau Flores, yang telah mempunyai hubungan dagang dengan Makasar sejak dahulu.
Penyebar-penyebar agama Islam dari kerajaan Demak pun menyiarkan agama Islam ke
Pulau Lombok. Dengan demikian agama Islam masuk Nusa Tenggara melalui Makasar
dan Gresik.
5. Di Pulau Maluku dan
Irian Jaya
Sejak dahulu Maluku
terkenal dengan rempah-rempah terutama lada, pala dan cengkeh yang sangat
diperlukan oleh orang-orang di seluruh dunia. Pedagang-pedagang arab, Persia
dan India telah sampai ke daerah Maluku untuk keprluan dagang mereka. Maka
berdirilah kota-kota pelabuhan dagang di derah tersebut, antara lain Ternate
dan Tidore. Kota-kota pelabuhan tersebut menjadi ibukota dari kerajaan-kemjaan Ternate dan Tidore. Wilayah
kekuasaan kerajaan Ternate sampai ke Irian.
Pada kurun waktu antara
abad ke 15 dan ke 16 Masehi agama Islam telah masuk ke daerah Maluku dibawa
oleh pedagang-pedagang yang beragama Islam dari tanah Arab, Persia dan India.
Selain dari mereka, maka pedagang-pedagang Muslim dari pulau Jawa pun tiba di
Maluku.
Mereka giat mendakwahkan
agama Islam sambil melakukan perniagaannya. Raja-raja di Ternate dan Tidore
memeluk agama Islam. Hal tersebut lebih memudahkan tersiarnya Agama Islam di
kalangan penduduk asli.
Penduduk asli Irian pada
waktu itu tidak mudah menerima agama dari luar. Mereka lebih senang dengan
kepercayaan yang diterimanya dari nenek moyangnya secara turun temurun Akan
tetapi penduduk di pulau-pulau sekitarnya telah memeluk agama Islam yang
disebarkan melalui Ternate. Kemudian keadaan berubah, sehingga agama Islam
dapat berkembang pula di Irian Jaya.
6. Di Pulau Jawa
Situasi masyarakat
Indonesia khususnya di pulau Jawa sebelum kedatangan Islam, kehidupannya
dipengaruhi oleh Sistem Kasta satau peradabaan golongan kelas, sehingga
kehidupan masyarakat terpecah-pecah.
Dan karena mereka yang
tergolong kasta tinggi tidak diperkenankan bergaul dengan orang yang berkasta
rendah. Sebagaimana mereka membagi kasta menjadi empat:
1. Kasta Brahmana
2. Kasta Ksatria
3. Kasta Waisya
4. Kasta Sudra
Diantara keempat kasta
itu yang paling rendah tingkatannya adalah Kasta Sudra, Kasta inilah yang
sering ditindas oleh kasta-kasta yang
lebih tinggi, sehingga hidupnya selalu resah. Setelah agama Islam masuk dan
tersebar di masyarakat, baru dari sedikit kesedikit terkikislah perbedaan
kasta-kasta itu dan mulailah teljaminnya hak asasi manusia tanpa ada perbedaan.
Menurut catatan ahli
sejarah,Agam Islam masuk ke Pulau Jawa sekitar abad Xl Masehi yang dibawa oleh
para pedagang dari Arab dan disebarkan Muballigh dari Pasai (Aceh Utara).
Tetapi sebagian lagi dari ahli sejarah mengatakan bahwa agama Islam masuk ke
Indonesia yang pertama adalah di Pulau Jawa. Karena pada tahun 929-949 M, masa
kekuasan Prabu Sindok, pan saudagar dari Pulan Jawa sudah banyak yang bedayar
sampai ke Baghdad. Demikian juga para pedagang dari Persia dan Gujarat sudah
ada yang datang ke lndonesia. .
Dikatakan lebih dahulu
di pulau Jawa, karena ditemukan satu bukti pada batu nisan seorang wanita lslam
yang bernama Fatimah Binti Maimun, yang dimakamkan di Desa Leran Gresik,
tertulis wafatnya tahun 475 H atau tahun 1082 Masehi. Sedangkan mula-mula Islam
masuk Sumatera yang dibawa oleh Syaikh Abdullah Arif dan Syaikh Burhanudin
Al-Kamil yang akhirnya beliau wafat di Kunta pada tahun 610 H atau 1214 H.
Adapun yang didatangi
pertama oleh lslam di pulau Jawa yaitu di daerah-daerah pesisir utara Jawa
Timur. Agama yang nampak perkembangannya di pulau Jawa itu, sejak datangnya
Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang kemudian menjadi pusat penyebaran Islam di
Jawa Tmur. Untuk perkembangan selanjutnya ditingkatkan oleh adanya para Wali
terhimpun dalam nama ”WALI SANGA” (Wali Sembilan) sehingga meluaslah Islam ke
seluruh tanah Jawa. Seperti di Jawa Barat dipelopori oleh Sunan Gunung Jati dan
Fatahillah yang berhasil mengislamkan Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Juga
halnya di Jawa Tengah ditangani oleh Suman Kudus dan Sunan Kalijaga. Dan untuk
wilayah Jawa Tmmr diteruskan oleh Sunan Ampel dan Sunan Giri.
BAB VI
MENGENAL
WALI SONGO
A. Pengertian Wali Songo
Wali
songo berasal dari kata Wali dan Songo. Wali artinya Ulama yang meneruskan
penyiaran agama Islam kepada umat manusia, sedangkan Songo (bahasa jawa)
artinya Sembilan. Jadi, Wali Songo ialah Sembilan orang wali yang mempelopori penyebaran
agama Islam di pulau Jawa dan sekitarnya. Mereka menyebarkan agama Islam dengan
cara dan taktik yang sesuai dengan keadaan masyarakat pada waktu itu. Wali
Songo menyiarkan agama Islam di Pulau Jawa, sekitar abad ke 15 dan ke-l6
sebutan lain dari wali Songo adalah sunan.
B. Nama-nama dan Asal-usul Wali
Songo
Para wali yang lazim disebut wali
songo adalah :
1.
Maulana Malik Ibrahim berasal dari negeri
Arab
2.
Sunan Ampel, yang waktu kecilnya bernama
Raden Rahmat, berasal dari negeri Campa di daerah Aceh (sekarang bemama Jeumpa)
3.
Sunan Giri disebut juga Sunan Paku. Pada
waktu mudanya ia bernama Maulana Ainul Yakin. Ayahnya bernama Maulana Ishak
seorang mubaligh dari Pasai.
4.
Sunan Draj at, nama kecilnya ialah Syarifudin
ia adalah saudara Sunan Bonang dan Sunan Ampel.
5.
Sunan Bonang pada mulanya bemama Makhdum
Ibrahim ia adalah salah seorang putra Sunan Ampel.
6.
Sunan Kali Jaga, pada waktu mudanya ia
bernama Raden Mas Said ia adalah putra Tumenggung subur Wilatikta Bupati Tuban.
7.
Sunan kudus. Sewaktu kecil ia diberi nama
untung, dan sewaktu ia menjadi mubaligh bemama Syekh Ja'far Shadiq ia adalah
putra Raden usman yang bergelar Sunan Gunung dari Blora.
8.
Sunan Muria nama kecilnya Raden Prawoto ia
putra Sunan Kali Jaga nama Sunan Muria diambil dari tempat makamnya di gunung
Muria dekat Kudus.
9.
Sunan Gunung Jati, sering juga disebut
Faletehan nama Arabnya ialah Fatahillah nama yang sebenarnya Syarif
Hidayatullah ia keturunan raja Pasai.
Selain Wali
Songo tersebut dikenal juga wali-wali yang lain seperti Syekh Subakir, Sunan
Bayat, Syekh Siti Jenar dan Sunan Geseng.
C. Jasa-jasa
Wali Songo dalam penyebaran Agama Islam
Wali Songo
dalam menyebarkan agama Islam di pulau Jawa besar sekali jasa-jasanya.
Jasa-jasa Wali songo diantaranya:
1.
Mendirikan pusat-pusat penyaiaran dan
penerangan agama Islam.
2.
Membangun tempat pendidikan dan pondok
pesantren, dimana para murid santrinya berdatangan dari pelosok daerah Pulau
Jawa.
3.
Mengajak dan menyeru raja-raja di Pulau Jawa
untuk masuk agama lslam.
4.
Melakukan dakwah kepada para penduduk di Jawa
dengan lemah lembut
5.
Mengusahakan berdirinya kerajaan Islam di
Jawa antara lain kerajaan Islam Demak.
D. Beberapa
Kisah Penyebaran Islam oleh Wali Songo
1. Penyabaran
Islam oleh Maulana malik Ibrahim
Maulana
malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di
Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma
menyebumya Asmarakandi, mengikuti pengucapan
lidah Jawa tenhadap As-Samarkandy, bembah menjadi Asmarakandi.
Maulana
Malik lbrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah
menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di
Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan lshak adalah
anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di
Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-lO dari
Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.
Maulana
Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun
sejak tahun 1379. Ia malah menikahiputri raja, yang memberinya dua putra.
Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias
Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M
Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.
Beberapa
versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang
ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo. daerah yang masih berada dalam
wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang adalah daerah Leran
kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.
Aktivitas
pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka
warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu
secara khusus Malik lbrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat
secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya ia pernah diundang untuk mengobati istri
raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih
kerabat istrinya.
Kakek
Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat
bawah kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempumalah misi pertamanya, yaitu
mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis
ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat
belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini
terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.
Maulana
Malik Ibrahim yang datang ke Jawa timur pada tahun 1379 M menjumpai penduduk
yang kebanyakan masih beragama Hindu dan Budha. Cara menyiarkan agama Islam
berupa pergaulan budi bahasa yang lembut dan ramah tamah dengan para penduduk
sekitar. Ia tidak menentang secara keras kepercayaan dan adat istiadat
penduduk, ia membuka pondok pesantren sebagai tempat pendidikan putra putri
dalam ajaran Islam untuk dijadikan kader mubaligh Islam di masa yang akan datang. Maulana Malik Ibrahim
wafat tahun l4l9 M dan dimakamkan di Grerik.
2.
Penyebaran Islam oleh Sunan Ampel
Sunan
Ampel pada masa kecilnya bernama Raden dan diperkirakan lahir pada tahun 1401
di Champa. Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van
Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang
terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di
Aceh yang kini bemama Jeumpa. Menurut beberapa riwayat, orang tua Sunan Ampel
adalah Makhdum lbrahim (menantu Sultan Champa dan ipar Dwarawati). Dalam
catatan Kronik Cina dari Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel dikenal sebagai Bong
Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Kengseorang Tionghoa (suku Hui beragama Islam
mazhab Hanafi) yang ditugaskan sebagai Kapten Cina di Champa oleh Sam Po Bo.
Sedangkan Yang Mulia Ma Hong Fumenantu Haji Bong Tak Keng ditempatkan sebagai
duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit, sedangkan Haji Gan En Cu juga
telah ditugaskan sebagai kapten Cina di Tuban. Haji Gan En Cu kemudian
menempatkan menantunya Bong Swi Hoo sebagai kapten Cina di Jiaotung (Bangil).
Sementara itu seorang putri dari Kyai Bantong (versi Babad Tanah Jawi) alias
Syaikh Bantong (alias Tan Go Hwat menurut Purwaka Caruban Nagari) menikah
dengan Prabu Brawijaya V (alias Bhre Kertabhumi) kemudian melahirkan Raden
Fatah. Namum tidak diketahui apakah ada hubungan antara Ma Hong Fu dengan Kyai
Bantong.
Dalam
Serat Darmo Gandhul, Sunan Ampel disebut Sayyid Rahmad merupakan keponakan dari
Putri Champa pennaisuri Prabu Brawijaya.
Raden
Rahmat dan Raden Santri adalah anak Makhdum lbrahim (putra Haji Bong Tak Keng),
ketunman suku Hui dari Yunnan yang merupakan pencampuran bangsa Han/Tionghoa
dengan bangsa Asia Tengah (Samarkand). Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden
Burereh (cucu raja Champa) pergi ke Majapahit mengunjungi bibi mereka bernama
Dwarawati (anak Sultan Champa) yang menjadi permaisuri raja Brawij aya.
Menurut
Hikayat Banjar dan Kotawaringin (Hikayat Banjar resensi I), nama asli Sunan
Ampel adalah Raja Bungsu, anak Sultan Pasai. Beliau datang ke Majapahit
menyusul/menengok kakaknya yang diambil isteri oleh Raja Mapajahit. Raja Majapahit
saat itu bernama Dipati Hangrok dengan mangkubuminya Patih Maudara (kelak
Brawijaya VII). Dipati Hangrok (alias Girindrawardhana alias Brawijaya VI)
telah memerintahkan menterinya Gagak Baning melamar Putri Pasai dengan membawa
sepuluh buah perahu ke Pasai. Sebagai kerajaan Islam, mulanya Sultan Pasai
keberatan jika Putrinya dijadikan isteri Raja Majapahit, tetapi karena takut
binasa kerajaannya akhirnya Putri tersebut diberikan juga. Putri Pasai dengan
Raja. Majapahit memperoleh anak laki-laki. Karena rasa sayangnya Putri Pasai
melarang Raja Bungsu pulang ke Pasai. Sebagai ipar Raja Majapahit, Raja Bungsu
kemudian meminta tanah untuk menetap di wilayah pesisir yang dinamakan Ampel
Gading. Anak laki-laki dari Putri Pasai dengan raja Majapahit tersebut kemudian
dinikahkan dengan puteri raja Bali. Putra dari Putri Pasai tersebut wafat
ketika isterinya Putri dari raja Bali mengandung tiga bulan. Karena dianggap
akan membawa celaka bagi negeri tersebut, maka ketika lahir bayi ini (cucu
Putri Pasai dan Brawijaya VI) dihanyutkan ke laut.
Tetapi
kemudian dapat dipungut dan dipelihara oleh Nyai SutaPinatih, kelak disebut Pangeran
Giri. Kelak ketika terjadi huru-hara di ibukota Majapahit, putri Pasai pergi ke
tempat adiknya Raja Bungsu di Ampel gading. Penduduk desa-desa sekitar memohon
untuk dapat masuk Islam kepada Raja Bungsu, tetapi Raja Bungsu sendiri merasa
perlu meminta izin terlebih dahulu kepada Raja Majapahit tentang proses Islamisasi
tersebut. Akhimya Raja Majapahit berkenan memperbolehkan penduduk untuk beralih
kepada agama Islam. Petinggi daerah Jipang menurut aturan dari Raja Majapahit
secara rutin menyerahkan hasil bumi kepada Raja Bungsu. Petinggi Jipang dan
keluarga masuk Islam. Raja Bungsu beristerikan puteri dari petinggi daerah
Jipang tersebut, kemudian memperoleh dua orang anak, yang tertua seorang
perempuan diambil sebagai isteri oleh Sunan Kudus (tepatnya Sunan Kudus
senior/Undung/Ngudung), sedang yang laki-laki digelari sebagai Pangeran Bonang.
Raja Bungsu sendiri disebut sebagai Pangeran Makdum.
Sunan
Ampel beristrikan pini Tuban bernama Nyai Ageng Manila. Sunan Ampel melanjutkan
cita-cita perjuangan Maulana Malik Ibrahim ia perencana berdirinya kerajaan
Islam di Jawa yang berkedudukan di Demak dan ia juga ikut mendirikan mesjid
Demak yang dibangun tahun I479 M. dalam memulai usaha mengembangkan agama
Islam, ia mendirikan pondok Pesantren di Ampel dekat Surabaya. Diantara muridnya
ialah Raden Paku, Raden Patah, Makhdum Ibrahim, sunan Drajat dan Maulana Ishak.
3.
Penyebaran Islam oleh Sunan Giri
Sunan
Giri adalah nama salah seorang Walisongo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton,
yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Ia lahir di Blambangan tahun
1442. Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu Raden Paku, Prabu
Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Joko Samudra. Ia dimakamkan
di desa Giri, Kebomas, Gresik.
Beberapa
babad menceritakan pendapat yang berbeda mengenai silsilah Sunan Giri. Sebagian
babad berpendapat bahwa ia adalah anak Maulana Ishaq, seorang mubaligh yang
datang dari Asia Tengah. Maulana Ishaq diceritakan menikah dengan Dewi
Sekardadu, yaitu putri dari Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada
masa-masa akhir kekuasaan Majapahit.
Pendapat
lainnya yang menyatakan bahwa Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah
SAW, yaitu melalui jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad
al-Baqir; Jafar ash-Shadiq, Ali al Uraidhi, Muhammad an-Naqib, Isa ar Rumi,
Ahmad al-Muhajir; Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani,
Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib
Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat)
Khan, Ahmad syah Jalal (Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana
Akbar), Maulana Ishaq, dan 'Ainul Yaqin (Sunan Giri). Umumnya pendapat tersebut
adalah berdasarkan riwayat pesantren-pesantren Jawa Timur, dan catatan nasab
Sa'adah Balawi Hadramaut.
Dalam
Hikayat Banjar, Pangeran Giri/Sunan Giri merupakan putera dari pasangan Putri
Pasai (Jeumpa) dengan putera Raja Bali. Putri Pasai adalah puteri Sultan Pasai
yang diambil isteri oleh Raja Majapahit yang bernama Dipati Hangrok. Pasangan
Putri Pasai dengan Raja Majapahit ini telah memperoleh seorang putera. Kemudian
Putri Pasai diberikan oleh Raja Majapahit kepada putera dari Raja Bali. Jadi
Pangeran Giri saudara seibu dengan putera Raja Majapahit. Mangkubumi Majapahit
masa itu adalah Patih Maudara.
Sunan
Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari
Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu penguasa wilayah
Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun kelahirannya dianggap telah
membawa kutukan berupa wabah penyakit di wilayah tersebut. Maka ia dipaksa
ayahandanya (Prabu Menak Sembuyu) untuk membuang anak yang baru dilahirkannya
itu. Lalu, Dewi Sekardadu dengan rela menghanyutkan anaknya itu ke laut/selat
bali sekarang ini.
Kemudian,
bayi tersebut ditemukan oleh sekelompok awak kapal (pelaut) dan dibawa ke
Gresik. Di Gresik, dia diadopsi oleh seorang saudagar perempuan pemilik kapal,
Nyai Gede Pinatih. Karena ditemukan di laut, dia menamakan bayi tersebut Joko
Samudra.
Ketika
sudah cukup dewasa, Joko Samudra dibawa ibunya ke Ampeldenta (kini di Surabaya)
untuk belajar agama kepada Sunan Ampel. Tak berapa lama setelah mengajarnya,
Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Kemudian,
Sunan Ampel mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang), untuk mendalami
ajaran Islam di Pasai. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah
ayah Joko Samudra. Di sinilah, Joko Samudra yang temyata bemama Raden Paku,
mengetahui asal-muasal dan alasan mengapa dia dulu dibuang.
Setelah
tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden
'Ainul Yaqin kembali ke Jawa. Ia kemudian mendirikan sebuah pesantren giri di
sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas. Dalam bahasa Jawa, giri berarti
gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.
Pesantren
Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam
di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan
Maluku. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang
disebut Giri Kedaton, yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa
generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.
Terdapat
beberapa karya seni tradisional Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan
Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan,
Lir-ilir dan Cublak Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa)
seperti Asmaradana dan Pucung.
Sunan
Giri adalah murid Sunan Ampel. Ia Putra Maulana Ishak sunan Giri bernama
maulana Makhdum Ibrahim disuruh oleh Sunan Ampel pergi haji dan memperdalam
ilmu agama di Makkah sepulang dari belajar di luar negeri ( Malaka, Iran dan
Makkah) ia menetap di bukit Giri dekat Gresik dan disitulah ia nmmendirikan
pondok pesantren dan mesjid. Murid/santrinya banyak berdatangan dari jauh
diantara para murid/santrinya ada yang dikirim keMadura, Bawean bahkan Ternate
untuk menyebarkan agama Islam. Sunan Giri merupakan seorang ahli pendidikan
pada waktu itu ia mendidik anak-anak dengan jalan membuat bermacam-macam
permainan yang berjiwa agama, seperti jelungan, jamuran, cublek-cublek suweng
dan ilir ilir sunan girilah yang memberikan gelar Sultan kepada Raden Patah.
4.
Penyebaran Islam oleh Sunan Drajat
Sunan
Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Nama kecilnya adalah Raden
Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan
Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang.
Ketika
dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran,
Kabupaten Lamongan. Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil Syarifudin atau
raden Qosim putra Sunan Ampel dan terkenal dengan kecerdasannya. Setelah
menguasai pelajaran Islam beliau menyebarkan agama Islam di desa Drajat sebagai
tanah perdikan di kecamatan Paciran.Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak.
Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520
Masehi.
Makam
Sunan Drajat dapat ditempuh dari Surabaya maupun Tuban lewat Jalan Daendels
(Anyar-Panarukan), namun bila lewat Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan
kendaraan pribadi.
Sunan
Drajat bernama kecil Raden Syarifuddin atau Raden Qosim putra Sunan Ampel yang
terkenal cerdas. Setelah pelajaran Islam dikuasai, beliau mengambil tempat di
Desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sebagai pusat kegiatan
dakwahnya sekitar abad XV dan XVI Masehi. Ia memegang kendati kemanan di
wilayah perdikan Drajat sebagai otonom kerajaan Demak selamn 36 tahun.
Beliau
sebagai Wali penyebar Islam yang takan! berjiwa sosial, sangat memperhatikan
nasib kaum fakir miskin la terlebih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial
baru yang memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Motivasi lebih ditekankan
pada etos kerja keras, kedermawan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan
kemakmuran.
Usaha
ke arah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk
mengatur wilayahnya yang mempunyai otonomi. Sebagai penghargaan atas keberhasilannya
menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan
menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, beliau memperoleh gelar Sunan
Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak pada tahun saka 1442 atau 1520
Masehi.
Filosofi
Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan kini terabadikan dalam sap tangga ke
tujuh dari taman komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofis ke
tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :
1. Memangun
resep teyasing Sasomo (kita selalu membuat senang hati orang lain).
2. Jroning
suka kudu eling Ian waspada (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan
waspada).
4.
Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning Iampah (dalam pejalanan
untuk mencapai cita-cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk
rintangan).
5. Meper
Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
6.
Heneng-Hening-Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam
keadaan hening itulah kita akan mencapai cita-cita luhur).
7. Mulyo
guna Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan
salat lima waktu).
8. Menehono
teken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono
busana marang wong kang wudo, Menehono ngiyup marang wongkang kodanan (Berilah
ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang
miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri
perlindungan orang yang menderita).
Sunan
Drajat adalah putra sunan Ampel ia seorang wali yang berjiwa sosial. Dalam
mengembangkan agama Islam ia sering memberikan pertolongan kepada orang-orang
yang sengsara, seperti fakir miskin, yatim piatu dan orang sakit. Sunan Drajat
juga dikenal sebagai orang yang menciptakan Gending Pungkur.
5.
Penyebaran Islam oleh Sunan Kali Jaga
Sunan
Kalijaga atau Sunan Kalijogo adalah seorang tokoh Wali Songo yang sangat lekat
dengan Muslim di Pulau Jawa, karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke
dalam tradisi Jawa. Makamnya berada di Kadilangu Demak.
Masa
hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan
demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478),
Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang
yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan
Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon
dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah
satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
Sunan
Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah
putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilwatikta atau Raden Sahur. Nama
lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan
Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga
berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di
sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali.
Mengenai
asal usul beliau, ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa beliau juga masih
keturunan Arab. Tapi, banyak pula yang menyatakan ia orang Jawa asli. Van Den
Berg menyatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah keturunan Arab yang silsilahnya sampai
kepada Rasulullah saw. Sementara itu, menurut Babad Tuban menyatakan bahwa Aria
Teja alias 'Abdul Rahman berhasil mengislamkan Adipati Tuban, Aria Dikara, 'dan
mengawini putrinya. Dari perkawinan ini ia memiliki putra bernama Aria
Wilatikta. Menurut catatan Tome Pires, penguasa Tuban pada tahun 1500 M adalah
cucu dari peguasa Islam pertama di Tuban. Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said
adalah putra Aria Wilatikta. Sejarawan lain seperti De Graaf membenarkan bahwa
Aria Teja I ('Abdul Rahman) memiliki silsilah dengan Ibnu Abbas, paman
Muhammad. Sunan Kalijaga mempunyai tiga anak salah satunya adalah Umar Said
atau Sunan Muria.
Dalam
satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana
Ishak, dan mempunyai 3 putra: R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi
Soflah.
Menurut
cerita sebelum menjadi Walisongo, Raden Said menjadi seorang perampok yang
selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan hasil bumi. Dan hasil
rampokan itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin. Suatu hari, Saat
Raden . Said ke hutan, ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat. Orang
itu adalah Sunan Bonang. Karena tongkat itu dilihat seperti tongkat emas, ia
merampas tongkat itu. Katanya, hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang
yang miskin. Tetapi, Sang Sunan Bonang tidak membenarkan cara itu. Ia
menasihati Raden Said bahwa Allah tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu, Sunan
Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin
mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan
oleh Sunan Bonang. Karena itu, Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang;
Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke Sungai. Raden Said berkata bahwa ingin
menjadi muridnya. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil
menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tepi sungai. Raden Said tidak boleh
beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang. Raden Said lalu
melaksanakan perintah tersebut. Karena itu, ia menjadi tertidur dalam waktu
lama. Karena lamanya ia tertidur, tanpa disadari akar dan rerumputan telah
menutupi dirinya. Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan
Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai, maka
Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru
dan diberi pelajaran agama oleh Sunan Bonang. Kalijaga lalu melanjutkan
dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga.
Dalam
dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan
Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf“ bukan sufi
panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai
sarana untuk berdakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat
bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya, Maka mereka harus
didekati secara bertahap mengikuti sambil memengaruhi. Sunan Kalijaga
berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama
hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan
Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk
sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah
llir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan
sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk
Dadi Ratu ("Petruk Jadi Raja"). Lanskap pusat kota berupa kraton,
alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan
Kalijaga.
Metode
dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam
melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura,
Kebumen, Banyumas, serta Pajang.
Ketika
wafat, beliau dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara). Makam
ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang.
Sunan
Kalijaga menyebarkan agama Silam di Jawa Tengah dengan cara memasukan ajaran
Islam dalam cerita wayang. Pada waktu itu masyarakat Jawa Tengah penggemar
wayang sehingga banyak orang termasuk kaum bangsawan dan cendikiawan memeluk
agama Islam. Sunan Kalijaga wafat di kadilangu Demak.
6.
Penyebaran Islam oleh Sunan Kudus
Sunan
Kudus dilahirkan dengan nama Ja'far Shadiq. Dia adalah putra dari pasangan
Sunan Ngudung alias Sunan Undung (Sunan Kudus senior, adalah panglima perang
Kesultanan Demak Bintoro dan Syarifah, adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus
diperkirakan wafat pada tahun 1550 M.
Sunan
Kudus pernah menjabat sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, dan dalam
masa pemerintahan Sunan Prawoto dia menjadi penasihat bagi Arya Penangsang. Selain
sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, Sunan Kudus juga menjabat
sebagai hakim pengadilan bagi Kesultanan Demak.
Dalam
melakukan dakwah penyebaran Islam di Kudus, Sunan Kudus menggunakan sapi
sebagai sarana penarik masyarakat untuk datang untuk mendengarkan dakwahnya. Sunan
Kudus juga membangun Menara Kudus yang merupakan gabungan kebudayaan Islam dan
Hindu yang juga terdapat Masjid yang disebut Masjid Menara Kudus.
Pada
tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di desa Kerjasan, Kota Kudus,
yang kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus dan masih bertahan hingga
sekarang. Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus Jawa
Tengah. Peninggalan lain dari Sunan Kudus adalah permintaannya kepada masyarakat
untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha untuk
menghormati masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti kurban sapi dengan
memotong kurban kerbau, pesan untuk memotong kurban kerbau ini masih banyak
ditaati oleh masyarakat Kudus hingga saat ini.
Di
antara keturunan Sunan Kudus yang menjadi Ulama dan Tokoh di Indonesia adalah;
Syekh Kholil Bangkalan Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini, Syekh Bahruddin Azmatkhan
Ba'alawi Al Husaini, dan Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan Ba'alawi AlHusaini.
Sunan
Kudus mengaj arkan agama Islam antara lain dengan mengarang cerita-cerita
pendek yang berisi filsafat agama. Diantara hasil ciptaannya ialah gending
Maskumambang dan Mijil daerah penyebarannya ialah pesisir utra jawa Tengah. la
pernah pula diangkat sebagai senopati Kerajaan Islam Demak.
7.
Penyebaran Islam oleh Sunan Bonang
Sunan
Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim.
Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang adalah sebuah desa
di kabupaten Rembang. Nama Sunan Bonang diduga adalah Bong Ang sesuai nama marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi
Hoo alias Sunan Ampel.
Sunan
Bonang wafat pada tahun 1525 M, dan saat ini makam aslinya berada di Desa
Bonang. Namun, yang sering diziarahi adalah makamnya di kota Tuban. Lokasi
makam Sunan Bonang ada dua karena konon, saat beliau meninggal, kabar wafatnya
beliau sampai pada seorang muridnya yang berasal dari Madura. Sang murid sangat
mengagumi beliau sampai ingin membawa jenazah beliau ke Madura, Namun, murid
tersebut tak dapat membawanya dan hanya dapat membawa kain kafan dan
pakaian-pakaian beliau. Saat melewati Tuban, ada seorang murid Sunan Bonang
yang berasal dari Tuban yang mendengar ada murid dari Madura yang membawa
jenazah Sunan Bonang, mereka memperebutkannya.
Dalam
Serat Darmo Gandhul, Sunan Bonang disebut Sayyid Kramat merupakan seorang Arab
keturunan Nabi Muhammad. Terdapat silsilah yang menghubungkan Sunan Bonang dan
NabiMuhammad;
Sunan
Bonang (Makdum Ibrahim) bin Sunan Ampel (Raden Rahmat) Sayyid Ahmad Rahmatillah
bin Maulana Malik Ibrahim bin Syekh Jumadil Qubro (Jamaluddin Akbar Khan) bin
Ahmad Jalaludin Khan bin Abdullah Khan bin Abdul Malik Al-Muhajir (dari
Nasrabad, India) bin Alawi Ammil Faqih (dari Hadramaut) bin Muhammad Sohib
Mirbath (dari Hadramaut) bin Ali Kholi' Qosam bin Alawi Ats-Tsani bin Muhammad
Sohibus Saumi'ah bin Alawi Awwal bin Ubaidullah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa
Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Uradhi bin Ja'afar As-Sodiq bin Muhammad
Al Baqir bin Ali Zainal 'Abidin bin bin Ali bin Abi Thalib (dari Fatimah
az-Zahra binti Muhammad).
Sunan
Bonang banyak menggubah sastra berbentuk suluk atau tembang tamsil. Antara lain
Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa’id Al Khayr.
Sunan
Bonang juga menggubah tembang Tamba Ati (dari bahasa Jawa, berarti penyembuh jiwa)
yang kini masih sering dinyanyikan orang.
Apa
pula sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa yang dahulu diperkirakan mempakan
karya Sunan Bonang dan oleh ilmuwan Belanda seperti Schrieke disebut Het Boek
van Bonang atau buku (Sunan) Bonang. Tetapi oleh G.W.J. Drewes, seorang pakar
Belanda lainnya, dianggap bukan karya Sunan Bonang, melainkan dianggapkan
sebagai karyanya.
Sunan
Bonang juga terkenal dalam hal ilmu kebathinannya. Ia mengembangkan ilmu
(dzikir) yang berasal dari Rasullah SAW, kemudian beliau kombinasi dengan
kesimbangan pernafasan yang disebut dengan rahasi Alif Lam Mim (ا ل م) yang artinya hanya Allah SWT yang tahu. Sunan Bonang juga
menciptakan gerakan-gerakan fisik atau jurus yang beliau ambil dari seni bentuk
huruf Hijaiyah yang beljumlah 28 huruf dimulai dari huruf Alif dan diakhiri
huruf Ya'. Ia menciptakan Gerakan fisik dari nama dan simbol huruf hijayyah
adalah dengan tujuan yang sangat mendalam dan penuh dengan makna, secara awam
penulis artikan yaitu mengajak murid-muridnya untuk menghafal huruf-huruf
hijaiyyah dan nantinya setelah mencapai tingkatnya diharuskan bisa baca dan
memahami isi Al-Qur'an. Penekanan keilmuan yang diciptakan Sunan Bonang adalah
mengajak murid-muridnya untuk melakukan Sujud atau Salat dan dzikir Hingga
sekarang ilmu yang diciptakan oleh Sunan Bonang masih dilestarikan di Indonesia
oleh generasinya dan diorganisasikan dengan nama Padepokan Ilmu Sujud Tenaga
Dalam Silat Tauhid Indonesia.
Sunan
Bonang putra sunan Ampel lahir pada tahun 1465 M dan wafat tahun 1552 M semasa
hidupnya ia giat menyebarkan agama Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah terutama
di Tuban. Ia mendirikan pondok pesantren sebagai tempat pendidikan para pemuda
Islam yang akan meneruskan perjuangan diseluruh pelosok Pulau Jawa ia juga
orang yang menciptakan Gending Darma pelajaran agama yang pernah ia ajarkan
kepada para muridnya dibukukan dalam bahasa Jawa terbentuk Prosa.
8.
Penyebaran Islam oleh Sunan Muria
Ia
putra Dewi Sarohadik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana 'Ishak,
dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil
dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara
kota Kudus.
Gaya
berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda
dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan
jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam; Bergaul dengan rakyat
jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang
dan melaut adalah kesukaannya.
Sunan
Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di
Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan
berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu
dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari
Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya
lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.
Sunan
Muria adalah putra Sunan Kalijaga. Daerah penyehatan agama Islam yang
dilakukanya adalah di sekitar lereng gunung Muria. Ia mengajarkan Islam dengan
cara memberikan kursus-kursus kepada rakyat jelata. Ia lebih suka hidup
menyendiri bila ia bergaul selalu dengan rakyat.
Sunan
Muria ikut mempertahankan Gamelan sebagai salah satu kesenian Jawa yang
digemari rakyat untuk media memasukan faham keislaman. Untuk kepentingan
dakwahnya, ia menciptakan lagu Jawa yang bernama “Sinom dan Kinanti” Sunan
Muria wafat dimakamkan di puncak gunung Muria, 18 km sebelah utara kota Kudus.
9.
Penyebaran Islam oleh Sunan Gunung Jati
Sunan
Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, lahir sekitar 1450 M, namun ada juga yang
mengatakan bahwa ia lahir pada sekitar 1448 M. Sunan Gunung jati adalah salah
satu dari kelompok ulama besar di Jawa bernama walisongo. Sunan Gunung Jati
merupakan satu-satunya Walisongo yang menyebarkan Islam diJawa Barat.
Ayah
Sunan Gunung Jati bernama Syarif Hidayatullah, lahir sekitar tahun 1450 M.
Ayahnya adalah Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang
Mubaligh dan Musafir besar dari Gujarat, India yang sangat dikenal sebagai
Syekh Maulana Akbar bagi kaum Sufi di tanah air. Syekh Maulana Akbar adalah
putra Ahmad Jalal Syah putra Abdullah Khan putra Abdul Malik putra Alwi putra
Syekh Muhammad Shahib Mirbath, ulama besar di Hadramaut, Yaman yang silsilahnya
sampai kepada Rasulullah melalui cucunya Imam Husain.
Ibu
Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang (Syarifah Muda'im) yaitu putri dari
Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang, dan merupakan adik
dari Kian Santang atau Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana /
Cakrabumi atau Mbah Kuwu Cirebon Girang yang berguru kepada Syekh Datuk Kahfi:
seorang Muballigh asal Baghdad bernama asli Idhafi Mahdi bin Ahmad. Ia
dimakamkan bersebelahan dengan putranya yaitu Sunan Gunung Jati di Komplek
Astana Gunung Sembung ( Cirebon ).
Sunan
Gunung Jati Syarif Hidayatullah Al-Khan bin Sayyid 'Umadtuddin Abdullah Al-Khan
bin Sayyid 'Ali Nuruddin Al-Khan 'Ali Nurul 'Alam bin Sayyid Syaikh Jumadil
Qubro Jamaluddin Akbar Al-Khan bin Sayyid Ahmad Shah Jalal Ahmad Jalaludin
Al-Khan bin Sayyid Abdullah Al-'Azhomatu Khan bin Sayyid Amir 'Abdul Malik
Al-Muhajir (Nasrabad/lndia) bin Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut) bin Sayyid Ali Kholi' Qosim bin Sayyid
Alawi Ats-Tsani bin Sayyid Muhammad Sohibus Saumi'ah bin Sayyid Alawi Awwal bin
Sayyid Al-Imam 'Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Sayyid 'Isa Naqib Ar-Rumi
bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid Al Imam Ali Uradhi bin Sayyidina Ja'far
As-Sodiq bin Sayyidina Muhammad 'Al Baqir bin Sayyidina 'Ali Zainal 'Abidin bin
Al-Imam Sayyidina Hussain Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah
Az-Zahra binti Muhammad.
Silsilah
dari Raja Pajajaran, Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah Rara Santang
(Syarifah Muda'im), Prabu Jaya Dewata Raden Pamanah Rasa, Prabu Siliwangi II,
Prabu Dewa Niskala (Raja Galuh/Kawali), Niskala Wastu Kancana Prabu Siliwangi
I, Prabu Linggabuana Prabu Wangi (Raja yang tewas di Bubat).
Penemuan
Rara Santang dengan Syarif Abdullah cucu Syekh Maulana Akbar masih
diperselisihkan. Sebagian riwayat (lebih tepatnya mitos) menyebutkan bertemu
pertama kali di Mesir, tapi analisis yang lebih kuat atas dasar perkembangan
Islam di pesisir ketika itu, pertemuan mereka di tempat-tempat pengajian
seperti yang di Majelis Syekh Quro, Karawang (tempat belajar Nyai Subang Larang
ibu dari Rara Santang) atau di Majelis Syekh Datuk Kahfi, Cirebon (tempat
belajar Kian Santang kakanda dari Rara Santang).
Syarif
Abdullah cucu Syekh Maulana Akbar, sangat mungkin terlibat aktif membantu
pengajian di majelis-majelis itu mengingat ayah dan kakeknya datang ke
Nusantara sengaja untuk menyokong perkembangan agama Islam yang telah dirintis
oleh para pendahulu
Pernikahan
Rara Santang putri dari Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang dengan Abdullah
cucu Syekh Maulana Akbar melahirkan seorang putra yang diberi nama Raden Syarif
Hidayatullah.
Raden
Syarif Hidayatullah mewarisi kecendrungan Spiritual dari kakek buyutnya Syekh
Maulana Akbar sehingga ketika telah selesai belaj ar agama di pesantren Syekh
Datuk Kahfi ia meneruskan ke Timur Tengah. Tempat mana saja yang dikunjungi
masih diperselisihkan, kecuali (mungkin) Mekah dan Madinah karena ke 2 tempat
itu wajib dikunjungi sebagai bagian dari ibadah haji untuk umat Islam.
Babad
Cirebon menyebutkan ketika Pangeran Cakrabuwana membangun kota Cirebon dan
tidak mempunyai pewaris, maka sepulang dari Timur Tengah Raden Syarif
Hidayatullah mengambil peranan mambangun kota Cirebon dan menjadi pemimpin
perkampungan Muslim yang baru dibentuk itu setelah Uwaknya wafat.
Memasuki
usia dewasa sekitar di antara tahun 1470-1480, ia menikahi adik dari Bupati
Banten ketika itu bernama Nyai Kawunganten. Dari pernikahan ini, ia mendapatkan
seorang putri yaitu Ratu Wulung Ayu dan Maulana Hasanuddin yang kelak menjadi
Sultan Banten I.
Masa
ini kurang banyak diteliti para sejarawan hingga tiba masa pendirian Kesultanan
Demak tahun 1487 yang mana ia memberikan andil karena sebagai anggota dari
Dewan Mubaligh yang sekarang kita kenal dengan nama Walisongo. Pada masa ini.
ia berusia sekitar 37 tahun kurang lebih sama dengan usia Raden Patah yang baru
diangkat menjadi Sultan Demak I bergelar Alam Akbar Al Fattah. Bila Syarif
Hidayat keturunan Syekh Maulana Akbar Gujarat dari pihak ayah, maka Raden Patah
adalah ' keturunannya juga tapi dari pihak ibu yang lahir di Campa.
Dengan
diangkatnya Raden Patah sebagai Sultan di Pulau Jawa bukan hanya di Demak, maka
Cirebon menjadi semacam Negara Bagian bawahan vassal state dari kesultanan
Demak. terbukti dengan tidak adanya riwayat tentang pelantikan Syarif
Hidayatullah secara resmi sebagai Sultan Cirebon.
Hal
ini sesuai dengan strategi yang telah digariskan Sunan Ampel, Ulama yang paling
dituakan di Dewan Muballigh, bahwa agama Islam akan disebarkan di Pulau Jawa
dengan Kesultanan Demak sebagai pelopornya.
Setelah
pendirian Kesultanan Demak antara tahun 1490 hingga 1518 adalah masa-masa
paling sulit, baik bagi Syarif Hidayat dan Raden Patah karena proses Islamisasi
secara damai mengalami gangguan internal dari kerajaan Pakuan dan Galuh (di
Jawa Barat) dan Majapahit (di Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan gangguan external
dari Portugis yang telah mulai expansi di Asia Tenggara.
Tentang
personaliti dari Syarif Hidayat yang banyak dilukiskan sebagai seorang Ulama
kharismatik, dalam beberapa riwayat yang kuat, memiliki peranan penting dalam
pengadilan Syekh Siti Jenar pada tahun 1508 di pelataran Masjid Demak. Ia ikut
membimbing Ulama berperangai ganjil itu untuk menerima hukuman mati dengan
lebih dulu melucuti ilmu kekebalan tubuhnya.
Eksekusi
yang dilakukan Sunan Kalijaga akhirnya berjalan baik, dan dengan wafatnya Syekh
Siti Jenar, maka salah satu duri dalam daging di Kesultanan Demak telah
tercabut.
Raja
Pakuan di awal abad 16, seiring masuknya Portugis di Pasai dan Malaka, merasa
mendapat sekutu untuk mengurangi pengaruh Syarif Hidayat yang telah berkembang di
Cirebon dan Banten Hanya Sunda Kelapa yang masih dalam kekuasaan Pakuan.
Di
saat yang genting inilah Syarif Hidayat berperan dalam membimbing Pati Unus
dalam pembentukan armada gabungan Kesultanan Banten, Demak, Cirebon di Pulau
Jawa dengan misi utama mengusir Portugis dari wilayah Asia Tenggara. Terlebih
dulu Syarif Hidayat menikahkan putrinya untuk menjadi istri Pati Unus yang ke-2
di tahun 1511.
Kegagalan
expedisi jihad II Pati Unus yang sangat fatal di tahun 1521 memaksa Syarif Hidayat
merombak Pimpinan Armada Gabungan yang masih tersisa dan mengangkat Tubagus
Pasai (belakangan dikenal dengan nama Fatahillah), untuk menggantikan Pati Unus
yang syahid di Malaka, sebagai Panglima berikutnya dan menyusun strategi baru
untuk memancing Portugis bertempur di Pulau Jawa.
Sangat
kebetulan karena Raja Pakuan telah resmi mengundang Armada Portugis datang ke
Sunda Kelapa sebagai dukungan bagi kerajaan Pakuan yang sangat lemah di laut
yang telah dijepit oleh Kesultanan Banten di Barat dan Kesultanan Cirebon di
Timur.
Kedatangan
armada Portugis sangat diharapkan dapat menjaga Sunda Kelapa dari kejatuhan
berikutnya karena praktis Kerajaan Hindu Pakuan tidak memiliki lagi kota
pelabuhan di Pulau Jawa setelah Banten dan Cirebon menjadi kerajaan-kerajaan
Islam.
Tahun
1527 bulan Juni Armada Portugis datang dihantam serangan dahsyat dari Pasukan Islam
yang telah bertahun-tahun ingin membalas dendam atas kegagalan expedisi Jihad
di Malaka 1521.
Hal
67
Mereka
inilah cikal bakal penduduk Baduy Dalam sekarang yang terus menjaga anggota
pemukiman hanya sebanyak 40 keluarga karena keturunan dari 40 pengawal istana
Pakuan. Anggota yang tidak terpilih harus pindah ke pemukiman Baduy Luar.
Yang
menjadi perdebatan para ahli hingga kini adalah opsi ke 3 yang diminta Para
Pendeta Sunda Wiwitan. Mereka menolak Opsi pertama dan ke 2. Dengan kata lain
mereka ingin tetap memeluk agama Sunda Wiwitan (aliran Hindu di wilayah Pakuan)
tetapi tetap bermukim di dalam wilayah Istana Pakuan.
Sejarah
membuktikan hingga penyelidikan yang dilakukan para Arkeolog asing ketika masa
penjajahan Belanda, bahwa istana Pakuan dinyatakan hilang karena tidak
ditemukan sisa-sisa reruntuhannya. Sebagian riwayat yang diyakini kaum Sufi
menyatakan dengan kemampuan yang diberikan Allah karena doa seorang Ulama yang
sudah sangat sepuh sangat mudah dikabulkan, Syarif Hidayat telah memindahkan
istana Pakuan ke alam ghaib sehubungan dengan kerasnya penolakan Para Pendeta
Sunda Wiwitan untuk tidak menerima Islam ataupun sekadar keluar dari wilayah
Istana Pakuan.
Bagi
para sejarawan, ia adalah peletak konsep Negara Islam modern ketika itu dengan
bukti berkembangnya Kesultanan Banten sebagi negara maju dan makmur mencapai
puncaknya 1650 hingga 1680 yang runtuh hanya karena pengkhianatan seorang
anggota istana yang dikenal dengan nama Sultan Haji.
Dengan
segala jasanya umat Islam di Jawa Barat memanggilnya dengan nama lengkap Syekh
Maulana Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Rahimahullah.
Sunan Gunung Jati dikenal dengan nama
Fatahillah, berasal dari Pasai di Aceh utara. Pada waktu itu Portugis menjajah
, Malaka, ia pergi belajar dari Makkah selama tiga tahun; Sepulangnya dari
Makkah ia langsung ke jawa karena Pasai tempat kelahiranya masih diduduki oleh
portugis. Kedatangannya di Jawa Sunan Gunung Jati disambut baik oleh Sultan
Trenggono raja Demak (1521-1526 M). Kemudian dia diangkat sebagai panglima yang
ditugaskan di Jawa Barat; Fatahillah dapat menguasai tempat-tempat penting
seperti Sunda Kepala. Sunda dikenal dengan nama Jakarta. Perjuangan di Jawa
Barat bukan saja mengajarkan agama Islam di kalangan penduduk tetapi juga
mempertahankan Jakarta dari serangan Portugis yang berkedudukan di Malaka. Fathillah
juga berjasa dalam mendirikan kerajaan Islam di Cirebon dan namanya disebut
dengan nama Sunan Gunung Jati;
Uji
Kompetensi
Isilah
titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat dan jelas!
1.
Sunan Ampel berasal dari . . .
2.
Raden Rahmat adalah nama kecil dari . . .
3.
Saudara Sunan Drajat adalah . . .
4.
Sunan Kali Jaga nama kecilnya adalah . . .
5.
Isteri Sunan Ampel bemama…
Isilah titik
di bawah ini dengan benar !
1.
Maulana Malik Ibrahim berasal dari Negeri...
2.
Nama kecil dari Sunan Drajat adalah ....
3.
Sunan Bonang dan Sunan Ampel Adalah .Saudara
dari Sunan...
4.
Raden mas Said adalah nama kecil dari Sunan ...
5.
Raden Prawoto adalah nama kecil dari Sunan ...
6.
Makam Sunan Kalijaga berada di ....
7.
Sunan Muria adalah putra dari Sunan ....
8.
Sunan Bonang adalah putra dari Sunan.. .
9.
Sewaktu kecil Sunan Kudus diberi nama. ...
10.
Sunan Paku adalah nama lain dari Sunan ...
Materi
SKI Diniyah Kelas 6, Buku SKI MDTA, Materi Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 6
Diniyah
No comments:
Post a Comment